Selasa, 19 April 2016

ISLAM DAN TEKNOLOGI






ISLAM DAN TEKNOLOGI
QS.an Naml 27:44,  QS. Al A’raf 7:74


 






A.    Mufradhat
khalifah (pengganti/penguasa)
خُلَفَآءَ

istana
الصَّرْحَ
memberikan tempat bagimu
بَوَّأَكُمْ

dikiranya
حَسِبَتْهُ
kamu memahat
تَنْحِتُونَ

kolam air yang besar
لُجَّةً
istana-istana
قُصُورًۭا

kaca
قَوَارِيرَ
janganlah kamu merajalela
لَا تَعْثَوْا




44.  Dikatakan kepadanya: "Masuklah ke dalam istana." Maka tatkala dia melihat lantai istana itu, dikiranya kolam air yang besar, dan disingkapkannya kedua betisnya. Berkatalah Sulaiman: "Sesungguhnya ia adalah istana licin terbuat dari kaca." Berkatalah Balqis: "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah berbuat zalim terhadap diriku dan aku berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah, Tuhan semesta alam."
74. Dan ingatlah olehmu di waktu Tuhan menjadikam kamu pengganti-pengganti (yang berkuasa) sesudah kaum 'Aad dan memberikan tempat bagimu di bumi. Kamu dirikan istana-istana di tanah-tanahnya yang datar dan kamu pahat gunung-gunungnya untuk dijadikan rumah; maka ingatlah nikmat-nikmat Allah dan janganlah kamu merajalela di muka bumi membuat kerusakan.
B.     Pengertian
              Menurut KBBI Teknologi adalah kemampuan teknik yang berlandaskan pengetahuan, ilmu eksakta yang berdasarkan proses teknis . Pada tahun 1937, seorang sosiolog Amerika, Read Bain, menulis bahwa technology includes all tools, machines, utensils, weapons, instruments, housing, clothing, communicating and transporting devices and the skills by which we produce and use them ("teknologi meliputi semua alat, mesin, aparat, perkakas, senjata, perumahan, pakaian, peranti pengangkut/pemindah dan pengomunikasi, dan keterampilan yang memungkinkan kita menghasilkan semua itu"). Definisi yang diajukan Bain masih lazim dipakai oleh kaum terpelajar hingga saat ini, terkhusus ilmuwan sosial. Tetapi ada juga definisi yang sama menonjolnya, yakni definisi teknologi sebagai sains terapan, khususnya di kalangan para ilmuwan dan insinyur. (12345)
             Kata "teknologi" juga dapat digunakan untuk merujuk sekumpulan teknik-teknik. Dalam konteks ini, ia adalah keadaan pengetahuan manusia saat ini tentang bagaimana cara untuk memadukan sumber-sumber, guna menghasilkan produk-produk yang dikehendaki, menyelesaikan masalah, memenuhi kebutuhan, atau memuaskan keinginan; ia meliputi metode teknis, keterampilan, proses, teknik, perangkat, dan bahan mentah.
             Islam adalah agama samawi yang menjamah seluruh aspek-aspek kehidupan. Sifatnya yang menyeluruh membuat tidak ada sudut sekecil apapun yang tidak dapat disentuh oleh nilai-nilai Islam. Begitu juga dengan teknologi, dalam hal ini Islam juga berperan besar dalam kemajuannya, pengembangannya, sampai pada pengawasannya.
              Salah besar jika orang  meganggap teknologi bukan bagian dari Islam ataupun Islam tidak membahas mengenai teknologi.  Islam telah mengajarkan banyak hal dalam kehidupan ini. Tidak hanya ilmu agama seperti ilmu fiqih, hadist, tafsir dan lain sebagainya tetapi mencakup segala ilmu yang ada, mulai dari bakteri terkecil sampai pergerakan alam semesta melalui ilmu astronominya. banyak para ahli keilmuan Islam atau pun teori-teori keilmuan  Islam yang menjadi dasar atau panduan bagi para ilmuan Eropa. Allah SWT berfirman dalam Al-qur’an surat Ar-Rahman: 33:


   “Hai jama’ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan.”
              Nash di atas merupakan bukti bahwa Islam juga merupakan pedoman utama dalam ilmu pengetahuan dan teknologi. Sebagai umat Islam seharusnya menyadari bahwa dasar-dasar filosofis untuk mengembangkan ilmu dan teknologi itu bisa dikaji dan digali dalam Alquran sebab kitab suci ini banyak mengupas keterangan-keterangan mengenai ilmu pengetahuan dan teknologi. Sebagai contoh adalah firman Allah SWT dalam surat Al-Anbiya ayat 80




 


 “Telah kami ajarkan kepada Daud membuat baju besi utk kamu guna memelihara diri dalam peperanganmu.”
C.    Landasan Agama tentang teknologi
      Pengembangan sains dalam sejarah Islam sejalan dengan perintah Alquran untuk mengamati alam dan menggunakan akal, dua dasar metodologis sains. Alquran sendiri merupakan sumber pertama ilmu, seperti yang dinyatakan dalam Surat An-Nisa' ayat 82, ''Maka apakah mereka tidak memerhatikan Alquran? Kalau kiranya Alquran itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya.''
      Perintah penggunaan akal sebagai dasar kerasionalan ilmu dengan perintah mengamati alam sebagai dasar keempirikan ilmu selalu berjalan seiring, misalnya dalam Surat Ar-Rum ayat 22, Al-Baqarah ayat 164, Ali Imran ayat 190-191, Yunus ayat 5, dan Al-An'am ayat 97. Firman Allah SWT juga sering disertai pertanyaan afala ta'qilun (mengapa tidak kau gunakan akalmu) dan afala tatafakkarun (mengapa tak kau pikirkan). Perintah Alquran itu diperkukuh oleh hadits-hadits Nabi SAW yang mewajibkan umat Islam untuk menuntut ilmu. ''Menuntut ilmu itu wajib bagi kaum muslimin laki-laki dan perempuan.'' (HR Bukhari dan Muslim) dan ''Tuntutlah ilmu semenjak dari ayunan sampai ke liang lahat.'' (HR Bukhari).
      Kedudukan para ilmuwan dalam Islam dipandang utama, seperti dinyatakan Rasulullah SAW dalam hadits, ''Manusia yang mulia adalah seorang Mukmin yang berilmu.'' (HR Bukhari). Ini sesuai dengan pernyataan Allah SWT dalam Surat Al-Mujadalah ayat 11, ''Allah tinggikan beberapa derajat kedudukan orang yang beriman dan berilmu.'' Bahkan Rasulullah SAW menegaskan bahwa, ''Manusia yang paling dekat derajatnya dengan derajat para nabi adalah orang-orang yang berilmu dan berjuang.'' (HR Bukhari).

Perintah menuntut ilmu dalam Alquran dan hadits tersebut mendorong kaum Muslim pada abad-abad pertama Hijriyah untuk menerjemahkan berbagai buku dari bahasa Yunani, Persia, India, dan Cina ke dalam bahasa Arab. Kemudian oleh para filsuf Muslim, ilmu-ilmu itu diklasifikasikan secara sistematis. Klasifikasi ini yang menjadi dasar bagi para ilmuwan Muslim untuk mengembangkan sains, terutama ilmu pengetahuan alam dan ilmu alat lainnya, 
     Dari keterangan itu jelas sekali bahwa manusia dituntut untuk berbuat sesuatu dengan sarana teknologi. Sehingga tidak mengherankan jika abad ke-7 M telah banyak lahir pemikir Islam yang tangguh produktif dan inofatif dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kepeloporan dan keunggulan umat Islam dalam bidang ilmu pengetahuan sudah dimulai pada abad itu. Tetapi sangat disayangkan bahwa kemajuan-kemajuan itu tidak sempai berkembang sampai sekarang
     Demikian pula ajaran Islam ia tidak akan bertentangan dengan teori-teori pemikiran modern yang teratur , lurus dan analisa-analisa yang teliti dan obyekitf. Dalam agama Islam menurut hukum asalnya segala sesuatu itu adalah mubah termasuk segala apa yang disajikan oleh berbagai peradaban baik yang lama ataupun yang baru. Semua yang diajarkan Islam tidak ada yang hukumnya haram kecuali jika terdapat nash atau dalil yg tegas dan pasti mengharamkannya. Agama Islam bukanlah agama yang sempit.  Adapun peradaban modern yang begitu luas memasyarakatkan produk-produk teknologi canggih seperti televisi vidio alat-alat komunikasi dan barang-barang mewah lainnya serta menawarkan aneka jenis hiburan bagi tiap orang tua muda atau anak-anak yang tentunya alat-alat itu tidak bertanggung jawab atas apa yg diakibatkannya. Tetapi di atas pundak manusianyalah terletak semua tanggung jawab itu. Sebab adanya pelbagai media informasi dan alat-alat canggih yg dimiliki dunia saat ini dapat berbuat apa saja kiranya faktor manusianyalah yg menentukan opersionalnya. Adakalanya menjadi manfaat yaitu manakala manusia menggunakan dengan baik dan tepat, tetapi sebaliknya ia akan menjadi mudharat apabila penggunaanya yang tidak tepat.
D.    Tantangan Muslim Akibat Perkembangan Teknologi
            Penggunaan teknologi dapat pula mendatangkan dosa dan malapetaka manakala manusia menggunakannya untuk mengumbar hawa nafsu dan kesenangan semata. Karena sungguhpun perubahan sosial dan tata nilai kehidupan yang dibawa oleh arus modernisasi, westernisasi dan sekularisasi terus-menerus menimpa dan menyerang masyarakat Islam tetapi kesadaran umat Islam utk membendung dampak-dampak negatif dari budaya Barat itu ternyata sangat memprihatinkan. Sangat seikit yang mau peduli dan mereka yang tetap teguh untuk menegakkan nilai-nilai Islam.
     Contoh Kasus Dampak Teknologi
            Setiap hari media memberitakan : ada orang tua yang melaporkan kepolisian bahwa anak gadis beberapa tidak pulang dan tdak member khabar di mana keberadaannya. Dan ternyata dia dilarikan teman face bookannya. Yang lain ada yang terkuras uangnya karena janji-jani hadiah melalui HP. Dan juga tidak jarang orang dimasukan kepenjara karena mengunduh / menonton gambar-gambar seronok porno. Masih banyak ditemukan orang meng-sms sambil mengendarai motor/ mobil, pada hal sudah banyak kejadian tabrakan akibat kelalian pengguna jalan.  Dan sering orang tua mengeluh karena tidak lagi didengar oleh anak-anak kesayangannya karena si anak lebih mengutamakan HPnya
              Namun seiring dengan upaya meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi kita pun harus jeli menentukan pilihan ini. Untuk apakah semua kemajuan itu? Apakah sekadar utk menuruti keinginan-keinginan syahwat lalu tenggelam dalam kemewahan dunia hingga melupakan akhirat dan menjadi pengikut-pengikut setan? Ataukah sebaliknya semua ilmu dan kemajuan itu dicari utk menegakkan syariat Allah guna memakmurkan bumi dan menegakkan keadilan seperti yg dikehendaki Allah serta utk meluruskan kehidupan dengan berlandaskan pada kaidah noral Islam? Itulah pertanyaan dan tantangn bagi kita yg haurs kita jawab dgn pemikiran yg berwawasan jauh ke depan.
            Namun terlepas dari problema dan kekhawatiran-kekhawatiran sebagaimana diuraikan di atas kita sebagai umat Islam harus selalu optimis dan tetap bersyukur kepada Allah SWT. Dalam abad teknologi dan era globalisasi ini umat Islam hendaklah melakukan langkah-langkah strategis dengan meningkatkan pembinaan sumber daya manusia guna mewujudkan kualitas iman dn takwa serta tidk ketinggalan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.
       Sudah saatnyalah kita mengembalikan teknologi pada jalur yang sebenarnya. Jalur dimana Islam secara menyeluruh ataupun nilai-nlainya tertanam kuat dalam dunia teknologi. Bukanlah tidak mungkin untuk menerapkan sebuah konsep Islam dalam dunia teknologi bukan hanya sebagai pengerem kerusakan yang lebih banyak ditimbulkannya, tetapi juga demi terwujudnya kebangkitan umat islam.
                Kunci utamanya terletak pada manusia-manusianya, pemuda-pemuda penerus umat Islam yang nantinya akan banyak berperan di bidangnya masing-masing. Diharapkan, tidak hanya mempelajari ilmu keilmiahan, teknologi, ataupun sejenisnya yang bersifat mengantarkan pada ilmu dunia saja. Perlu pula sebuah pendalaman terhadap aqidah kita, perbaikan terhadap akhlak, serta ilmu keislaman lainnya secara menyeluruh. Ataupun sebaliknya, jangan sampai   terlena, tersibukkan pada penghambaan diri  kepada Yang Maha Esa sampai-sampai melupakan atau melalikan ilmu-ilmu yang akan bermanfaat bagi kemaslahatan umat di dunia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar