TUGAS ASKEB II
“HIS,TENAGA MENGEDAN DAN MEKANISME
PERSALINAN”
OLEH :
KELOMPOK 2
NURUL ABSHAARI
YULISNA ANDRIANI
YUDIA AFRIDIKA
MERI INDAH SARIYANTI
FITRI UTAMI
FITRI YARNI
DILA LENDRA YUNITA
WULAN VANESA
WINEFSI RIMAZELI
ASVONNI SAFITRI
IIB/
D-III KEBIDANAN
STIKes MERCUBAKTI JAYA PADANG
2015-2016
KATA PENGANTAR
Puji
syukur penulis kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karnuia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Shalawat
beserta salam tidak lupa penulis sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW.
Makalah
ini di buat untuk memberikan pengetahuan mengenai nilai,moral dan hukum dalam
hidup bekeluarga, kelompok dan berserta penjelasan-penjelasan yang berhubungan
dengannya.
Dalam
penulisan makalah ini penulisan menyampaikan ucapan terimakasih kepada dosen
pembimbing DESI WILDAYANI,Skeb.Bd
Dalam
penyelesaian makalah ini penulis telah berusaha semaksimal mungkin mengumpulkan
berbagai informasi yang menyangkut permasalan “ His, Tenanga Mengedan Dan Mekansme Persalinan”
Namun,
penulis menyadari makalah ini tidak luput dari kesalahan dan kekurangan, untuk
itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca terutama dari dosen
pembimbing
Padang, 6
oktober 2015
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .......................................................................................1
DAFTAR ISI
.......................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah ..........................................................................................4
1.3 Tujuan ........................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
............................................................................................6
2.2 Bentuk-Bentuk Persalinan .......................................................................................7
2.3 Penyebab Terjadinya Persalinan ........................................................................................8
2.4 Tanda dan Gejala Persalinan ........................................................................................9
2.5 Mekanisme Persalinan ......................................................................................10
2.6 Faktor Yang Mempengaruhi PersalinaN
..........................................................................11
2.7 Asuhan Persalinan Kala I, II, III, dan IV
...........................................................................12
BAB III PENUTUP
3.1
Kesimpulan ................................................................................13
3.2
Saran .................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
1.1 LATAR BELAKANG
Persalinan
adalah tugas dari seorang ibu yg wajib dihadapi dgn
tabah, walaupun tak jarang mereka merasa cemas dlm menghadapi kasus tersebut.
Karena karena 1tu, mereka membutuhkan penolong yg bisa dipercaya, yg data
memberikan bimbingan & kerap kali siap di depan dlm menangani kesukaran. Dlm
makalah ini mau dijelaskan mengenai proses kelahiran.
Dalam
mempelajari mekanisme persalinan ini, sebelumnya kita harus mempunyai pemahaman
yang baik tentang anatomi panggul dan jalan lahir serta anatomi dari kepala
janin. Di samping itu perlu juga memahami definisi dari istilah berikut :
letak, sikap, presentasi, denominator dan posisi janin.
Janin
dengan presentasi belakang kepala, ditemukan hampir sekitar 95 % dari semua
kehamilan.Presentasi janin paling umum dipastikan dengan palpasi abdomen dan
kadangkala diperkuat sebelum atau pada saat awal persalinan dengan pemeriksaan
vagina (toucher). Pada kebanyakan kasus, presentasi belakang kepala masuk
dalampintu atas panggul dengan sutura sagitalis melintang. Oleh karena itu kita
uraikan dulu mekanisme persalinan dalam presentasi belakang kepala dengan
posisi ubun-ubun kecil melintang dan anterior
Karena
panggul mempunyai bentuk yang tertentu , sedangkan ukuran-ukuran kepala bayi
hampir sama besarnya dengan dengan ukuran dalam panggul, maka jelas bahwa
kepala harus menyesuaikan diri dengan bentuk panggul mulai dari pintu atas
panggul, ke bidang tengah panggul dan pada pintu bawah panggul, supaya anak
dapat lahir. Misalnya saja jika sutura sagitalis dalam arah muka belakang pada
pintu atas panggul, maka hal ini akan mempersulit persalinan, karena diameter
antero posterior adalah ukuran yang terkecil dari pintu atas panggul.
Sebaliknya pada pintu bawah panggul, sutura sagitalis dalam jurusan muka
belakang yang menguntungkan karena ukuran terpanjang pada pintu bawah panggul
ialah diameter antero posterior.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Perumusan Kasus Latar belakang diatas kian rumusan kasus adalah sebagai berikut : “ Bagaimana Proses Kelahiran Bayi ? “
Tujuan Umum : Buat mengetahui proses kelahiran.
Tujuan Khusus :
1. Buat mengidentifikasi kelahiran normal.
2. Buat mengetahui tahap-tahap proses kelahiran normal.
BAB
II
2.1 PENGERTIAN
Persalinan
Normal Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yg bisa hidup
dari dlm uterus lewat vagina ke dunia luar. Persalinan biasa /
normal (eutosia) adalah proses kelahiran janin pada kehamilan cukup bulan
(aterm 40 minggu), pada janin letak memanjang &
presentasi belakang kepala, yg dususul dgn pengeluaran plasenta & seluruh
proses kelahiran 1tu berakhir dlm waktu minus dari 24 jam, tiada tindakan / pertolongan buatan & tiada komplikasi.
Proses persalinan terbagi menjadi 4 kala :
1. Kala I : Pembukaan serviks.
2. Kala II: Kala pengeluaran janin.
3. Kala III : Kala pengeluaran plasenta.
4. Kala IV : Hingga 1 jam sesudah plasenta lahir.
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri). Proses ini di mulai dengan adanya kontraksi persalinan sejati, yang ditandai dengan pembukaan serviks secara progresif dan diakhiri dengan kelahiran plasenta.
Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37 – 42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam tanpa adanya komplikasi baik pada ibu maupun pada janin.
Proses persalinan terbagi menjadi 4 kala :
1. Kala I : Pembukaan serviks.
2. Kala II: Kala pengeluaran janin.
3. Kala III : Kala pengeluaran plasenta.
4. Kala IV : Hingga 1 jam sesudah plasenta lahir.
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri). Proses ini di mulai dengan adanya kontraksi persalinan sejati, yang ditandai dengan pembukaan serviks secara progresif dan diakhiri dengan kelahiran plasenta.
Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37 – 42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam tanpa adanya komplikasi baik pada ibu maupun pada janin.
2.2 .
Bentuk-Bentuk Persalinan
Adapun bentuk-bentuk dari persalinan yaitu sebagai berikut.
1. Persalinan Spontan
Proses lahirnya bayi dengan tenaga ibu sendiri tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang dari 24 jam.
2. Persalinan Bantuan
Proses persalinan yang di bantu dengan tenaga dari luar misalnya ekstraksi dengan forsep atau dilakukan operasi seksio caesaria.
3. Persalinan Anjuran
Bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan ditimbulkan dari luar dengan jalan rangsangan.
Adapun bentuk-bentuk dari persalinan yaitu sebagai berikut.
1. Persalinan Spontan
Proses lahirnya bayi dengan tenaga ibu sendiri tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang dari 24 jam.
2. Persalinan Bantuan
Proses persalinan yang di bantu dengan tenaga dari luar misalnya ekstraksi dengan forsep atau dilakukan operasi seksio caesaria.
3. Persalinan Anjuran
Bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan ditimbulkan dari luar dengan jalan rangsangan.
2.3.
Penyebab Terjadinya Persalinan
Penyebab terjadinya persalinan belum diketahui dengan pasti,sehingga timbul beberapa teori yang menyatakan kemungkinan proses persalinan. Menurut Manuaba (1998). Teori-teori tersebut sebagai berikut.
1. Teori Penurunan Hormon
Selama kehamilan terdapat keseimbangan antara kadar progesteron dan estrogen di dalam darah, dimana progesterone menyulitkan penerimaan rangsangan dari luar seperti rangsangan oksitoksin, rangsangan prostaglandin, rangsangan mekanis sehingga progesteron menimbulkan relaksasi otot-otot rahim sedangkan estrogen meningkatkan kerentanan otot-otot rahim karena estrogen memudahkan penerimaan rangsangan dari luar seperti rangsangan oksitoksin, rangsangan prostaglandin, rangsangan mekanis. Dan pada akhir kehamilan kadar progesteron menurun sehingga timbul his.
2. Teori Kerengangan Otot-otot Rahim
Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu. Apabila batas tersebut telah terlewati, maka akan terjadi kontraksi, sehingga persalinan dapat dimulai.
3. Teori Plasenta Menjadi Tua
Plasenta yang semakin tua seiring dengan bertambahnya usia kehamilan akan menyebabkan turunnya kadar estrogen dan progesteron, sehingga pembuluh darah mengalami kekejangan dan timbul kontraksi rahim.
4. Teori Iritasi Mekanik
Di belakang serviks terdapat ganglion servikale/fleksus Fran Kenhauser. Bila ganglion ini digeser dan tertekan kepala janin, maka akan timbul kontraksi rahim.
5. Teori Oksitosin
Menurunnya kosentrasi progesteron akibat tuanya kehamilan mengakibatkan aktivitas oksitosin meningkat sehingga timbul kontraksi otot-otot rahim.
6. Teori Prostaglandin
Prostaglandin yang dikeluarkan oleh decidua konsentrasinya meninggkat sejak usia kehamilan 15 minggu. Prostaglandin dianggap sebagai pemicu terjadinya persalinan, sehingga jika prostaglandin diberikan saat hamil maka dapat menimbulkan kontraksi otot hamil.
Penyebab terjadinya persalinan belum diketahui dengan pasti,sehingga timbul beberapa teori yang menyatakan kemungkinan proses persalinan. Menurut Manuaba (1998). Teori-teori tersebut sebagai berikut.
1. Teori Penurunan Hormon
Selama kehamilan terdapat keseimbangan antara kadar progesteron dan estrogen di dalam darah, dimana progesterone menyulitkan penerimaan rangsangan dari luar seperti rangsangan oksitoksin, rangsangan prostaglandin, rangsangan mekanis sehingga progesteron menimbulkan relaksasi otot-otot rahim sedangkan estrogen meningkatkan kerentanan otot-otot rahim karena estrogen memudahkan penerimaan rangsangan dari luar seperti rangsangan oksitoksin, rangsangan prostaglandin, rangsangan mekanis. Dan pada akhir kehamilan kadar progesteron menurun sehingga timbul his.
2. Teori Kerengangan Otot-otot Rahim
Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu. Apabila batas tersebut telah terlewati, maka akan terjadi kontraksi, sehingga persalinan dapat dimulai.
3. Teori Plasenta Menjadi Tua
Plasenta yang semakin tua seiring dengan bertambahnya usia kehamilan akan menyebabkan turunnya kadar estrogen dan progesteron, sehingga pembuluh darah mengalami kekejangan dan timbul kontraksi rahim.
4. Teori Iritasi Mekanik
Di belakang serviks terdapat ganglion servikale/fleksus Fran Kenhauser. Bila ganglion ini digeser dan tertekan kepala janin, maka akan timbul kontraksi rahim.
5. Teori Oksitosin
Menurunnya kosentrasi progesteron akibat tuanya kehamilan mengakibatkan aktivitas oksitosin meningkat sehingga timbul kontraksi otot-otot rahim.
6. Teori Prostaglandin
Prostaglandin yang dikeluarkan oleh decidua konsentrasinya meninggkat sejak usia kehamilan 15 minggu. Prostaglandin dianggap sebagai pemicu terjadinya persalinan, sehingga jika prostaglandin diberikan saat hamil maka dapat menimbulkan kontraksi otot hamil.
2.4 Tanda
dan Gejala Persalinan
Adapun tanda dan gejala persalinan yaitu sebagai berikut.
1. Tanda-tanda kala pendahuluan, biasanya terjadi beberapa minggu sebelum memasuki hari perkiraan persalinan (preparatory stage of labor).
Adapun tanda-tanda kala pendahuluan yaitu sebagai berikut:
a). Lightening atau settling atau dropping, yaitu kepala turun memasuki pintu atas panggul. pada primigravida terjadi menjelang minggu ke-36.
b). Perut kelihatan lebih melebar dan fundus uteri turun.
c). Sering miksi atau sulit berkemih karena kandung kemih tertekan oleh bagian terbawah janin.
d). Sakit di pinggang dan di perut karena adanya kontraksi-kontraksi lemah dari uterus, yang kadang-kadang disertai false labour pains.
e). Serviks menjadi lembek dan mulai mendatar. Pada multipara hal ini kurang jelas, karena kepala janin baru masuk pintu atas panggul menjelang persalinan.
f). Terjadinya his permulaan atau his palsu. Yang sifatnya seperti; rasa nyeri ringan di bagian bawah, datangnya tidak teratur, durasi pendek, tidak bertambah dengan beraktivitas dan tidak ada pembukaan pada serviks.
Adapun tanda dan gejala persalinan yaitu sebagai berikut.
1. Tanda-tanda kala pendahuluan, biasanya terjadi beberapa minggu sebelum memasuki hari perkiraan persalinan (preparatory stage of labor).
Adapun tanda-tanda kala pendahuluan yaitu sebagai berikut:
a). Lightening atau settling atau dropping, yaitu kepala turun memasuki pintu atas panggul. pada primigravida terjadi menjelang minggu ke-36.
b). Perut kelihatan lebih melebar dan fundus uteri turun.
c). Sering miksi atau sulit berkemih karena kandung kemih tertekan oleh bagian terbawah janin.
d). Sakit di pinggang dan di perut karena adanya kontraksi-kontraksi lemah dari uterus, yang kadang-kadang disertai false labour pains.
e). Serviks menjadi lembek dan mulai mendatar. Pada multipara hal ini kurang jelas, karena kepala janin baru masuk pintu atas panggul menjelang persalinan.
f). Terjadinya his permulaan atau his palsu. Yang sifatnya seperti; rasa nyeri ringan di bagian bawah, datangnya tidak teratur, durasi pendek, tidak bertambah dengan beraktivitas dan tidak ada pembukaan pada serviks.
2.
Tanda-tanda persalinan sejati.
Adapun tanda-tanda persalinan sejati yaitu sebagai berikut:
a. Terjadi his persalinan, dengan karakteristik:
§ Pinggang terasa sakit yang menjalar ke abdomen.
§ Sifat sakitnya teratur, interval makin pendek, dan kekuatannya makin besar.
§ Berpengaruh terhadap perubahan serviks.
§ Dengan beraktivitas kontraksinya semakin bertambah.
b. Pengeluaran lendir bercampur darah.
c. Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya.
d. Hasil pemeriksaan dalam (VT) menunjukan terjadinya perlunakan, pendataran, dan pembukaan serviks. Karakteristik kontraksi uterus atau his yang perlu diperhatikan adalah: kekuatan kontraksi/intensitas, frekuensi, dan durasi.
Adapun tanda-tanda persalinan sejati yaitu sebagai berikut:
a. Terjadi his persalinan, dengan karakteristik:
§ Pinggang terasa sakit yang menjalar ke abdomen.
§ Sifat sakitnya teratur, interval makin pendek, dan kekuatannya makin besar.
§ Berpengaruh terhadap perubahan serviks.
§ Dengan beraktivitas kontraksinya semakin bertambah.
b. Pengeluaran lendir bercampur darah.
c. Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya.
d. Hasil pemeriksaan dalam (VT) menunjukan terjadinya perlunakan, pendataran, dan pembukaan serviks. Karakteristik kontraksi uterus atau his yang perlu diperhatikan adalah: kekuatan kontraksi/intensitas, frekuensi, dan durasi.
2.5
Mekanisme Persalinan
His adalah salah satu kekuatan pada ibu yang menyebabkan serviks membuka dan mendorong janin ke bawah. Pada presentasi kepala, bila his sudah cukup kuat, kepala akan turun dan mulai masuk ke dalam rongga panggul. Mekanisme jalan lahir menurut (Ujiningtyh, 2009) di antaranya adalah :
1. Penurunan (Kepala masuk PAP)
Kepala masuk melintasi pintu atas panggul, yaitu promontorium, sayap sacrum, linea inominata, ramus superior ossis pubis dan pinggir atas simpisis.
2. Fleksi
Fleksi yaitu posisi dagu bayi menempel pada dada dan ubun-ubun kecil lebih rendah dari ubun-ubun besar. Kepala memasuki ruang panggul dengan ukuran paling kecil (diameter suboksipito bregmatika = 9,5 cm) dan di dasar panggul kepala berada dalam fleksi maksimal.
3. Putar Paksi Dalam
Kepala yang turun menemui diafragma pelvis yang berjalan dari belakang atas ke bawah depan. Kombinasi elastisitas diafragma pelvis dan tekanan intrauterin oleh his yang berulang-ulang mengadakan rotasi ubun-ubun kecil berputar kearah depan di bawah simpisis.
4. Defleksi
Setelah kepala berada di dasar panggul dengan ubun-ubun kecil di bawah simpisis, maka kepala mengadakan defleksi berturut-turut lahir ubun-ubun, dahi, muka dan akhirnya dagu.
5. Putar Paksi Luar
Gerakan kembali ke arah semula sebelum putaran paksi dalam terjadi, untuk menyesuaikan kedudukan kepala dengan punggung anak.
6. Ekspulsi
Putaran paksi luar menyebabkan bahu melintasi pintu atas panggul dalam keadaan miring dan menyesuikan dengan bentuk panggul, sehingga saat di dasar panggul apabila kepala telah lahir maka bahu berada dalam posisi depan belakang dan bahu depan lahir dahulu, baru kemudian bahu belakang.
His adalah salah satu kekuatan pada ibu yang menyebabkan serviks membuka dan mendorong janin ke bawah. Pada presentasi kepala, bila his sudah cukup kuat, kepala akan turun dan mulai masuk ke dalam rongga panggul. Mekanisme jalan lahir menurut (Ujiningtyh, 2009) di antaranya adalah :
1. Penurunan (Kepala masuk PAP)
Kepala masuk melintasi pintu atas panggul, yaitu promontorium, sayap sacrum, linea inominata, ramus superior ossis pubis dan pinggir atas simpisis.
2. Fleksi
Fleksi yaitu posisi dagu bayi menempel pada dada dan ubun-ubun kecil lebih rendah dari ubun-ubun besar. Kepala memasuki ruang panggul dengan ukuran paling kecil (diameter suboksipito bregmatika = 9,5 cm) dan di dasar panggul kepala berada dalam fleksi maksimal.
3. Putar Paksi Dalam
Kepala yang turun menemui diafragma pelvis yang berjalan dari belakang atas ke bawah depan. Kombinasi elastisitas diafragma pelvis dan tekanan intrauterin oleh his yang berulang-ulang mengadakan rotasi ubun-ubun kecil berputar kearah depan di bawah simpisis.
4. Defleksi
Setelah kepala berada di dasar panggul dengan ubun-ubun kecil di bawah simpisis, maka kepala mengadakan defleksi berturut-turut lahir ubun-ubun, dahi, muka dan akhirnya dagu.
5. Putar Paksi Luar
Gerakan kembali ke arah semula sebelum putaran paksi dalam terjadi, untuk menyesuaikan kedudukan kepala dengan punggung anak.
6. Ekspulsi
Putaran paksi luar menyebabkan bahu melintasi pintu atas panggul dalam keadaan miring dan menyesuikan dengan bentuk panggul, sehingga saat di dasar panggul apabila kepala telah lahir maka bahu berada dalam posisi depan belakang dan bahu depan lahir dahulu, baru kemudian bahu belakang.
2.6 Faktor
yang Mempengaruhi Persalinan
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan yaitu sebagai berikut.
1. Passage (Jalan Lahir)
Ada empat jenis panggul yang dikemukakan oleh Caldwell moloy, yaitu sebagai berikut:
a). Panggul ginekoid (panggul normal), yaitu ukuran diameter tranversa kira-kira sama panjangnya dengan ukuran diameter anterior-posterior, sehingga PAP menjadi bulat.
b). Panggul android (mirip panggul pria), yaitu segmen anterior sempit dan berbentuk segitiga, sacrum letaknya kedepan sehingga diameter anterior-posterior sempit pada bagian PAP dan PBP.
c). panggul antropoid (mirip panggul kera), yaitu ukuran anterior-posterior dari PAP lebih besar dari diameter tranversa sehingga PAP lonjong kedepan.
d). panggul platipeloid (panggul pipih).
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan yaitu sebagai berikut.
1. Passage (Jalan Lahir)
Ada empat jenis panggul yang dikemukakan oleh Caldwell moloy, yaitu sebagai berikut:
a). Panggul ginekoid (panggul normal), yaitu ukuran diameter tranversa kira-kira sama panjangnya dengan ukuran diameter anterior-posterior, sehingga PAP menjadi bulat.
b). Panggul android (mirip panggul pria), yaitu segmen anterior sempit dan berbentuk segitiga, sacrum letaknya kedepan sehingga diameter anterior-posterior sempit pada bagian PAP dan PBP.
c). panggul antropoid (mirip panggul kera), yaitu ukuran anterior-posterior dari PAP lebih besar dari diameter tranversa sehingga PAP lonjong kedepan.
d). panggul platipeloid (panggul pipih).
Selain itu
terdapat istilah panggul kecil. Panggul kecil ada 4 bidang, yaitu sebagai
berikut.
a. Pintu Atas Panggul
Batas-batasnya yaitu promontorium, sayap sacrum, linea inominata, dan pinggir atas simfisis. Ditentukan oleh 3 ukuran penting yaitu:
§ Ukuran muka belakang (conjugata vera). Dari promontorium sampai tepi atas simpisis dikenal dengan nama konjugata vera, ukurannya 11 cm. Dan konjugata diagonalis adalah dari promontorium sampai tepi bawah simpisis. CV = CD – 1,5 cm. Conjungata vera adalah ukuran yang terpenting dan satu-satunya ukuran yang dapat di ukur dengan mengurangi conjungata diagonalis.
§ Ukuran melintang atau diameter tranversa. Ukuran terbesar antara linea inominata yang diambil tegak lurus pada konjugata vera atau jarak antara kedua linea inominata. (indo. 12,5 cm, eropa 13,5 cm).
§ Ukuran serong atau diameter oblique, dari articulation sacro iliaca ke tuberculum pubicum (12 cm). Tidak bisa diukur pada wanita yang masih hidup.
b. Bidang Luas Panggul
Bidang luas panggul merupakan bidang dengan ukuran-ukuran yang terbesar. Bidang ini terbentang antara pertengahan simfisis, pertengahan acetabulum, dan pertemuan antara ruas sacral II dan III. Ukuran muka belakang 12,75cm dan ukuran melintang 12,5 cm.
c. Bidang Sempit Panggul
Bidang ini merupakan bidang dengan ukuran-ukuran yang kecil. Bidang ini terbentang antara pinggir bawah simfisis, kedua spina ischiadica dan memotong sacrum ±1-2 cm diatas ujung sacrum. Ukuran muka belakang 11,5 cm dan ukuran melintang 10 cm.
d. Pintu Bawah Panggul
Pintu bawah panggul terdiri dari 2 segitiga dengan dasar yang sama, yaitu:
1. Segitiga depan : dasarnya yaitu tuber ossis ischiadica dengan dibatasi arcus pubis.
2. Segitiga belakang : dasarnya yaitu tuber ossis ischiadica dengan dibatasi ligamentum sacrotuberosum.
a. Pintu Atas Panggul
Batas-batasnya yaitu promontorium, sayap sacrum, linea inominata, dan pinggir atas simfisis. Ditentukan oleh 3 ukuran penting yaitu:
§ Ukuran muka belakang (conjugata vera). Dari promontorium sampai tepi atas simpisis dikenal dengan nama konjugata vera, ukurannya 11 cm. Dan konjugata diagonalis adalah dari promontorium sampai tepi bawah simpisis. CV = CD – 1,5 cm. Conjungata vera adalah ukuran yang terpenting dan satu-satunya ukuran yang dapat di ukur dengan mengurangi conjungata diagonalis.
§ Ukuran melintang atau diameter tranversa. Ukuran terbesar antara linea inominata yang diambil tegak lurus pada konjugata vera atau jarak antara kedua linea inominata. (indo. 12,5 cm, eropa 13,5 cm).
§ Ukuran serong atau diameter oblique, dari articulation sacro iliaca ke tuberculum pubicum (12 cm). Tidak bisa diukur pada wanita yang masih hidup.
b. Bidang Luas Panggul
Bidang luas panggul merupakan bidang dengan ukuran-ukuran yang terbesar. Bidang ini terbentang antara pertengahan simfisis, pertengahan acetabulum, dan pertemuan antara ruas sacral II dan III. Ukuran muka belakang 12,75cm dan ukuran melintang 12,5 cm.
c. Bidang Sempit Panggul
Bidang ini merupakan bidang dengan ukuran-ukuran yang kecil. Bidang ini terbentang antara pinggir bawah simfisis, kedua spina ischiadica dan memotong sacrum ±1-2 cm diatas ujung sacrum. Ukuran muka belakang 11,5 cm dan ukuran melintang 10 cm.
d. Pintu Bawah Panggul
Pintu bawah panggul terdiri dari 2 segitiga dengan dasar yang sama, yaitu:
1. Segitiga depan : dasarnya yaitu tuber ossis ischiadica dengan dibatasi arcus pubis.
2. Segitiga belakang : dasarnya yaitu tuber ossis ischiadica dengan dibatasi ligamentum sacrotuberosum.
Ukuran-ukuran
pintu bawah panggul :
1. Ukuran muka belakang. Dari tepi bawah simfisis ke ujung sacrum (11,5 cm).
2. Ukuran melintang. Jarak antara tuber ossis ischiadica kanan dan kiri (10,5 cm).
3. Diameter sagitalis posterior. Dari ujung sacrum kepertengahan ukuran melintang (7,5 cm).
Bidang-bidang Hodge yaitu sebagai berikut.
a. Hodge I : Sejajar dengan Promontorium, setinggi Pinggir Atas Simfisis.
b. Hodge II : Sejajar Hodge I setinggi Pinggir Bawah Simfisis.
c. Hodge III : Sejajar Hodge I dan II setinggi Spina Ischiadica.
d. Hodge IV : Sejajar Hodge I, II dan III setinggi ujung Os.Coccygis.
Kesan panggul yang normal yaitu promontorium tidak teraba, tidak ada tumor pada permukaan belakang simpisis, linea inominata teraba 1/3 bagian, spina ischiadica tidak menonjol, os.sacrum mempunyai inkinasi kebelakang, dan sudut arcus pubis >90o.
1. Ukuran muka belakang. Dari tepi bawah simfisis ke ujung sacrum (11,5 cm).
2. Ukuran melintang. Jarak antara tuber ossis ischiadica kanan dan kiri (10,5 cm).
3. Diameter sagitalis posterior. Dari ujung sacrum kepertengahan ukuran melintang (7,5 cm).
Bidang-bidang Hodge yaitu sebagai berikut.
a. Hodge I : Sejajar dengan Promontorium, setinggi Pinggir Atas Simfisis.
b. Hodge II : Sejajar Hodge I setinggi Pinggir Bawah Simfisis.
c. Hodge III : Sejajar Hodge I dan II setinggi Spina Ischiadica.
d. Hodge IV : Sejajar Hodge I, II dan III setinggi ujung Os.Coccygis.
Kesan panggul yang normal yaitu promontorium tidak teraba, tidak ada tumor pada permukaan belakang simpisis, linea inominata teraba 1/3 bagian, spina ischiadica tidak menonjol, os.sacrum mempunyai inkinasi kebelakang, dan sudut arcus pubis >90o.
2. Power
(Kekuatan mengedan)
Kontraksi involunter dan volunter yang terjadi secara bersamaan menyebabkan janin dan plasenta keluar dari uterus. Kontraksi involunter (kekuatan primer) menandai dimulainya persalinan dan apabila servik berdilatasi maka usaha volunter (kekuatan sekunder) dimulai untuk mendorong janin dan plasenta keluar dari rahim.
a. His/Kekuatan Primer
His atau kekuatan primer berasal dari titik pemicu tertentu yang terdapat pada penebalan lapisan otot pada segmen uterus bagian atas. Dari titik pemicu, kontraksi dihantar ke uterus bagian bawah dalam bentuk gelombang, diselingi periode istirahat singkat. Yang digunakan untuk menggambar kontraksi involunter ini seperti frekuensi (waktu antar kontraksi yaitu waktu antara awal suatu kontraksi dan awal kontraksi berikutnya), durasi (lama kontraksi), dan intensitas (kekuatan kontraksi). Kekuatan primer membuat serviks menipis (effacement) dan berdilatasi. Pada primigravida effacement biasanya terjadi lebih dahulu dari pada dilatasi, sedangkan pada multipara effacement dan dilatasi cenderung terjadi bersamaan.
Dilatasi serviks terjadi karena komponen muskulofibrosa tertarik dari serviks ke arah atas, akibat kontraksi uterus yang kuat, tekanan yang ditimbulkan cairan amnion selama ketuban utuh, atau kekuatan yang timbul akibat tekanan bagian presentasi, sehingga membuat serviks berdilatasi.
b. Tenaga Mengejan (Kekuatan Sekunder)
Segera setelah bagian presentasi mencapai dasar panggul, sifat kontraksi berubah, yakni bersifat mendorong keluar sehingga ibu ingin mengedan. Saat terjadi kontraksi maka otot- otot diafragma dan abdomen ibu akan mendorong keluar isi rahim menuju jalan lahir.
Kekuatan sekunder tidak mempengaruhi dilatasi serviks, tetapi setelah lengkap, kekuatan ini cukup penting untuk mendorong bayi keluar dari uterus dan vagina. Apabila dalam persalinan ibu melakukan usaha volunter (mengedan) terlalu dini, maka dilatasi serviks akan terhambat dan akan terjadi trauma pada serviks.
Kontraksi involunter dan volunter yang terjadi secara bersamaan menyebabkan janin dan plasenta keluar dari uterus. Kontraksi involunter (kekuatan primer) menandai dimulainya persalinan dan apabila servik berdilatasi maka usaha volunter (kekuatan sekunder) dimulai untuk mendorong janin dan plasenta keluar dari rahim.
a. His/Kekuatan Primer
His atau kekuatan primer berasal dari titik pemicu tertentu yang terdapat pada penebalan lapisan otot pada segmen uterus bagian atas. Dari titik pemicu, kontraksi dihantar ke uterus bagian bawah dalam bentuk gelombang, diselingi periode istirahat singkat. Yang digunakan untuk menggambar kontraksi involunter ini seperti frekuensi (waktu antar kontraksi yaitu waktu antara awal suatu kontraksi dan awal kontraksi berikutnya), durasi (lama kontraksi), dan intensitas (kekuatan kontraksi). Kekuatan primer membuat serviks menipis (effacement) dan berdilatasi. Pada primigravida effacement biasanya terjadi lebih dahulu dari pada dilatasi, sedangkan pada multipara effacement dan dilatasi cenderung terjadi bersamaan.
Dilatasi serviks terjadi karena komponen muskulofibrosa tertarik dari serviks ke arah atas, akibat kontraksi uterus yang kuat, tekanan yang ditimbulkan cairan amnion selama ketuban utuh, atau kekuatan yang timbul akibat tekanan bagian presentasi, sehingga membuat serviks berdilatasi.
b. Tenaga Mengejan (Kekuatan Sekunder)
Segera setelah bagian presentasi mencapai dasar panggul, sifat kontraksi berubah, yakni bersifat mendorong keluar sehingga ibu ingin mengedan. Saat terjadi kontraksi maka otot- otot diafragma dan abdomen ibu akan mendorong keluar isi rahim menuju jalan lahir.
Kekuatan sekunder tidak mempengaruhi dilatasi serviks, tetapi setelah lengkap, kekuatan ini cukup penting untuk mendorong bayi keluar dari uterus dan vagina. Apabila dalam persalinan ibu melakukan usaha volunter (mengedan) terlalu dini, maka dilatasi serviks akan terhambat dan akan terjadi trauma pada serviks.
3. Passanger
Adapun hal-hal yang berkaitan dengan passanger yaitu sebagai berikut.
1). Janin
Dalam persalinan keadaan janin juga mempengaruhi jalannya persalinan, apabila keadaan janin terganggu maka tidak bisa dilahirkan pervaginam. Keadaan janin yang perlu diperhatikan yakni : ukuran kepala janin, presentasi, letak, sikap, dan posisi janin.
a. Ukuran Kepala Janin
Ukuran Diameter (ukuran muka belakang)
1. Diameter Suboccipito Bregmatika, yaitu dari foramen magnum ke ubun-ubun besar. Panjangnya adalah 9,5 cm.
2. Diameter Suboccipito Frontalis, yaitu dari foramen magnum ke pangkal hidung. Panjangnya 11 cm.
3. Diameter Fronto Occipitalis, yaitu dari pangkal hidung ke titik terjauh belakang kepala. Panjangnya 12 cm.
4. Diameter Mento Occipitalis, yaitu dari dagu ke titik terjauh belakang kepala. Panjangnya 13,5 cm.
5. Diameter Submento Bregmantika, yaitu dari bawah dagu ke ubun-ubun besar. Panjangnya 9,5 cm.
Adapun hal-hal yang berkaitan dengan passanger yaitu sebagai berikut.
1). Janin
Dalam persalinan keadaan janin juga mempengaruhi jalannya persalinan, apabila keadaan janin terganggu maka tidak bisa dilahirkan pervaginam. Keadaan janin yang perlu diperhatikan yakni : ukuran kepala janin, presentasi, letak, sikap, dan posisi janin.
a. Ukuran Kepala Janin
Ukuran Diameter (ukuran muka belakang)
1. Diameter Suboccipito Bregmatika, yaitu dari foramen magnum ke ubun-ubun besar. Panjangnya adalah 9,5 cm.
2. Diameter Suboccipito Frontalis, yaitu dari foramen magnum ke pangkal hidung. Panjangnya 11 cm.
3. Diameter Fronto Occipitalis, yaitu dari pangkal hidung ke titik terjauh belakang kepala. Panjangnya 12 cm.
4. Diameter Mento Occipitalis, yaitu dari dagu ke titik terjauh belakang kepala. Panjangnya 13,5 cm.
5. Diameter Submento Bregmantika, yaitu dari bawah dagu ke ubun-ubun besar. Panjangnya 9,5 cm.
Ukuran
Melintang
1. Diameter biparietal, yaitu ukuran yang terbesar antara kedua os.parietal. panjangnya 9 cm.
2. Diameter bitemporal, yaitu jarak terbesar antara sutura coronaria kanan dan kiri. Panjangnya 8 cm.
1. Diameter biparietal, yaitu ukuran yang terbesar antara kedua os.parietal. panjangnya 9 cm.
2. Diameter bitemporal, yaitu jarak terbesar antara sutura coronaria kanan dan kiri. Panjangnya 8 cm.
Ukuran
Cirkumferensia (ukuran melingkar)
1. Cirkumferensia Suboccipito Bregmatika, yaitu lingkaran kecil pada kepala. Ukurannya 32 cm.
2. Cirkumferensia Fronto Occipitalis, yaitu lingkaran sedang kepala. Ukurannya 34 cm.
3. Cirkumferensia Mento Occipitalis, lingkaran besar kepala. Ukurannya 35 cm.
1. Cirkumferensia Suboccipito Bregmatika, yaitu lingkaran kecil pada kepala. Ukurannya 32 cm.
2. Cirkumferensia Fronto Occipitalis, yaitu lingkaran sedang kepala. Ukurannya 34 cm.
3. Cirkumferensia Mento Occipitalis, lingkaran besar kepala. Ukurannya 35 cm.
b.
Presentasi Janin
Presentasi adalah bagian janin yang pertama kali memasuki pintu atas panggul dan terus melalui jalan lahir saat persalinan mencapai aterm. Bagian Presentasi ialah bagian tubuh janin yang pertama kali teraba oleh jari pemeriksa saat melakukan pemeriksaan dalam. Faktor- faktor yang mempengaruhi bagian presentasi ialah letak janin, sikap janin, dan ekstensi atau fleksi kepala janin.
Presentasi adalah bagian janin yang pertama kali memasuki pintu atas panggul dan terus melalui jalan lahir saat persalinan mencapai aterm. Bagian Presentasi ialah bagian tubuh janin yang pertama kali teraba oleh jari pemeriksa saat melakukan pemeriksaan dalam. Faktor- faktor yang mempengaruhi bagian presentasi ialah letak janin, sikap janin, dan ekstensi atau fleksi kepala janin.
c. Letak
Janin
Letak adalah hubungan antara sumbu panjang (punggung) janin terhadap sumbu panjang (punggung) ibu. Ada dua macam letak :
1. Memanjang atau vertikal, dimana sumbu panjang janin sejajar dengan sumbu panjang ibu. Letak memanjang dapat berupa presentasi kepala atau presentasi sacrum
2. Melintang atau horisontal, dimana sumbu panjang janin membentuk sudut terhadap sumbu panjang ibu.
Letak adalah hubungan antara sumbu panjang (punggung) janin terhadap sumbu panjang (punggung) ibu. Ada dua macam letak :
1. Memanjang atau vertikal, dimana sumbu panjang janin sejajar dengan sumbu panjang ibu. Letak memanjang dapat berupa presentasi kepala atau presentasi sacrum
2. Melintang atau horisontal, dimana sumbu panjang janin membentuk sudut terhadap sumbu panjang ibu.
d. Sikap
Janin
Sikap adalah hubungan bagian tubuh janin yang satu dengan bagian yang lain. Hal ini akibat penyesuaian janin terhadap bentuk rongga rahim. Pada kondisi normal punggung janin sangat fleksi ke arah dada, dan paha fleksi kearah sendi lutut disebut fleksi umum. Tangan disilang di depan toraks dan tali pusat terletak diantara lengan dan tungkai. Penyimpangan sikap normal dapat menimbulkan kesulitan saat kelahiran.
Diameter biparietal ialah diameter lintang terbesar kepala janin. Kepala dalam sikap fleksi sempurna memungkinkan diameter suboksipito bregmatika (diameter terkecil) memasuki panggul sejati dengan mudah.
Sikap adalah hubungan bagian tubuh janin yang satu dengan bagian yang lain. Hal ini akibat penyesuaian janin terhadap bentuk rongga rahim. Pada kondisi normal punggung janin sangat fleksi ke arah dada, dan paha fleksi kearah sendi lutut disebut fleksi umum. Tangan disilang di depan toraks dan tali pusat terletak diantara lengan dan tungkai. Penyimpangan sikap normal dapat menimbulkan kesulitan saat kelahiran.
Diameter biparietal ialah diameter lintang terbesar kepala janin. Kepala dalam sikap fleksi sempurna memungkinkan diameter suboksipito bregmatika (diameter terkecil) memasuki panggul sejati dengan mudah.
e. Posisi
Janin
Posisi ialah hubungan antara bagian presentasi (oksiput, sakrum, mentum(dagu) sinsiput, (puncak kepala yang defleksi/ menengadah) terhadap 4 kuadran panggul ibu. Engagement menunjukan bahwa diameter tranversa terbesar bagian presentasi telah memasuki pintu atas panggul. Pada presentasi kepala fleksi dengan benar diameter bivarietal (9 cm) merupakam diameter terlebar.
Posisi ialah hubungan antara bagian presentasi (oksiput, sakrum, mentum(dagu) sinsiput, (puncak kepala yang defleksi/ menengadah) terhadap 4 kuadran panggul ibu. Engagement menunjukan bahwa diameter tranversa terbesar bagian presentasi telah memasuki pintu atas panggul. Pada presentasi kepala fleksi dengan benar diameter bivarietal (9 cm) merupakam diameter terlebar.
2). Plasenta
Karena plasenta juga harus melalui jalan lahir, maka plasenta juga dianggap sebagai penumpang yang menyertai janin. Namun plasenta jarang menghambat proses persalinan pada persalinan normal.
Karena plasenta juga harus melalui jalan lahir, maka plasenta juga dianggap sebagai penumpang yang menyertai janin. Namun plasenta jarang menghambat proses persalinan pada persalinan normal.
3). Air
Ketuban
Waktu persalinan air ketuban membuka servik dengan mendorong selaput janin kedalam ostium uteri, bagian selaput anak yang diatas ostium uteri yang menonjol waktu his disebut ketuban. Ketuban inilah yang membuka serviks.
Waktu persalinan air ketuban membuka servik dengan mendorong selaput janin kedalam ostium uteri, bagian selaput anak yang diatas ostium uteri yang menonjol waktu his disebut ketuban. Ketuban inilah yang membuka serviks.
2.7 Asuhan
Persalinan Kala I, II, III, dan IV
Adapun penjelasan dari masing-masing kala yaitu sebagai berikut.
1. Kala I (Kala Pembukaan)
Kala ini dimulai dari saat adanya his sampai pembukaan lengkap 10 cm. Kala pembuka dibagi menjadi dua fase, yaitu sebagai berikut.
a. Fase laten : pembukaan serviks berlangsung lambat, sampai pembukaan 3 cm yang berlangsung dalam 8 jam.
b. Fase aktif : berlangsung selama 7 jam yang dibagi atas tiga subfase, antara lain.
1. periode akselerasi, pembukaan menjadi 4 cm yang berlangsung selama 2 jam.
2. periode dilatasi maksimal, yaitu dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung cepat menjadi 9 cm.
3. periode deselerasi, yaitu pembukaan berlansung lambat kembali dalam waktu 2 jam pembukaan dari 9 cm mencapai lengkap 10 cm.
Lamanya kala I untuk primigravida berlangsung selama 12 jam sedangkan multigravida sekitar 8 jam. Bardasarkan kurva Friedman diperhitungkan pembukaan primigravida adalah 1 cm tiap jam dan untuk multigravida 2 cm tiap jam. Dengan perhitungan tersebut, maka waktu pembukaan lengkap dapat diperkirakan. Pada kala ini asuhan yang dapat diberikan untuk ibu yaitu sebagai berikut.
a. Memenuhi asupan nutrisi dan cairan ibu agar dapat memberi lebih banyak energi dan mencegah dehidrasi selama persalinan.
b. Menghadirkan seorang pendamping yang diinginkan ibu agar ada yang memberi dukungan dan membantu ibu selama persalinan.
c. Membantu ibu untuk mengatasi rasa nyeri dengan cara miring kanan/kiri, mengatur pola nafas dan sarankan pendamping untuk menggosok-gosok punggung/perut ibu secara perlahan dan halus.
d. Memberikan informasi kepada ibu dan pendamping tentang kemajuan persalinan dan tindakan yang akan dilakukan selanjutnya.
Adapun penjelasan dari masing-masing kala yaitu sebagai berikut.
1. Kala I (Kala Pembukaan)
Kala ini dimulai dari saat adanya his sampai pembukaan lengkap 10 cm. Kala pembuka dibagi menjadi dua fase, yaitu sebagai berikut.
a. Fase laten : pembukaan serviks berlangsung lambat, sampai pembukaan 3 cm yang berlangsung dalam 8 jam.
b. Fase aktif : berlangsung selama 7 jam yang dibagi atas tiga subfase, antara lain.
1. periode akselerasi, pembukaan menjadi 4 cm yang berlangsung selama 2 jam.
2. periode dilatasi maksimal, yaitu dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung cepat menjadi 9 cm.
3. periode deselerasi, yaitu pembukaan berlansung lambat kembali dalam waktu 2 jam pembukaan dari 9 cm mencapai lengkap 10 cm.
Lamanya kala I untuk primigravida berlangsung selama 12 jam sedangkan multigravida sekitar 8 jam. Bardasarkan kurva Friedman diperhitungkan pembukaan primigravida adalah 1 cm tiap jam dan untuk multigravida 2 cm tiap jam. Dengan perhitungan tersebut, maka waktu pembukaan lengkap dapat diperkirakan. Pada kala ini asuhan yang dapat diberikan untuk ibu yaitu sebagai berikut.
a. Memenuhi asupan nutrisi dan cairan ibu agar dapat memberi lebih banyak energi dan mencegah dehidrasi selama persalinan.
b. Menghadirkan seorang pendamping yang diinginkan ibu agar ada yang memberi dukungan dan membantu ibu selama persalinan.
c. Membantu ibu untuk mengatasi rasa nyeri dengan cara miring kanan/kiri, mengatur pola nafas dan sarankan pendamping untuk menggosok-gosok punggung/perut ibu secara perlahan dan halus.
d. Memberikan informasi kepada ibu dan pendamping tentang kemajuan persalinan dan tindakan yang akan dilakukan selanjutnya.
2. Kala II
(Kala Pengeluaran Janin)
Kala ini dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai janin lahir. Menurut Mochtar (1994), pada kala ini, his harus terkoordinir, kuat, interval 3-4 kali dengan durasi 45-50 detik selama 10 menit. Pada akhir kala I ketuban akan pecah disertai pengeluaran cairan mendadak, kepala janin turun masuk ruang panggul, sehingga terjadi tekanan pada otot dasar panggul yang akan menimbulkan keinginan untuk mengedan. Tanda-tanda kala II (Farrer, 2001) antara lain:
a. Pemeriksaan vaginal serviks sudah dilatasi penuh.
b. Selaput amnion biasanya sudah pecah.
c. His atau kontraksi uterus yang berlangsung panjang, kuat, interval 3-5 kali.
d. Mungkin terdapat tetesan darah dari vagina.
e. Ibu mengalami desakan kuat untuk mengejan.
f. Sfingter ani terlihat berdilatasi.
g. Perineum tampak menonjol.
Tanda-tanda kala II secara umum yaitu:
a. Dorongan mengedan
b. Tekanan pada anus
c. Perineum menonjol
d. Vulva membuka
Pada kala ini asuhan yang dapat diberikan untuk ibu yaitu sebagai berikut.
a. Memberi dukungan kepada ibu secara terus-menerus selama persalinan.
b. Memenuhi kebutuhan nutrisi dan cairan ibu selama persalinan.
c. Membantu mengatasi rasa nyeri persalinan dengan menyarankan pendamping untuk melakukan masase pada punggung dan perut ibu.
d. Menjaga kandung kemih ibu tetap kosong agar tidak menganggu kemajuan persalinan.
Kala ini dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai janin lahir. Menurut Mochtar (1994), pada kala ini, his harus terkoordinir, kuat, interval 3-4 kali dengan durasi 45-50 detik selama 10 menit. Pada akhir kala I ketuban akan pecah disertai pengeluaran cairan mendadak, kepala janin turun masuk ruang panggul, sehingga terjadi tekanan pada otot dasar panggul yang akan menimbulkan keinginan untuk mengedan. Tanda-tanda kala II (Farrer, 2001) antara lain:
a. Pemeriksaan vaginal serviks sudah dilatasi penuh.
b. Selaput amnion biasanya sudah pecah.
c. His atau kontraksi uterus yang berlangsung panjang, kuat, interval 3-5 kali.
d. Mungkin terdapat tetesan darah dari vagina.
e. Ibu mengalami desakan kuat untuk mengejan.
f. Sfingter ani terlihat berdilatasi.
g. Perineum tampak menonjol.
Tanda-tanda kala II secara umum yaitu:
a. Dorongan mengedan
b. Tekanan pada anus
c. Perineum menonjol
d. Vulva membuka
Pada kala ini asuhan yang dapat diberikan untuk ibu yaitu sebagai berikut.
a. Memberi dukungan kepada ibu secara terus-menerus selama persalinan.
b. Memenuhi kebutuhan nutrisi dan cairan ibu selama persalinan.
c. Membantu mengatasi rasa nyeri persalinan dengan menyarankan pendamping untuk melakukan masase pada punggung dan perut ibu.
d. Menjaga kandung kemih ibu tetap kosong agar tidak menganggu kemajuan persalinan.
3. Kala III
(Pelepasan Uri)
Kala ini dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta, yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit dan disertai tanda-tanda pelepasan plasenta. Lepasnya plasenta sudah dapat diperkirakan dengan memerhatikan tanda-tanda:
a. Uterus menjadi bundar/globuler.
b. Fundus uteri mengalami kontraksi kuat.
c. Uterus terdorong ke atas karena plasenta lepas ke segmen bawah rahim.
d. Tali pusat bertambah panjang.
e. Adanya semburan darah tiba-tiba.
Pada kala ini asuhan yang dapat diberikan untuk ibu yaitu sebagai berikut.
a. Menjepit dan memotong tali pusat sedini mungkin.
b. Letakkan bayi pada dada ibu dan lakukan IMD.
c. Menyuntikkan oksitosin.
d. Melakukan PTT (penegangan tali pusat terkendali).
e. Melakukan masase fundus.
Kala ini dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta, yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit dan disertai tanda-tanda pelepasan plasenta. Lepasnya plasenta sudah dapat diperkirakan dengan memerhatikan tanda-tanda:
a. Uterus menjadi bundar/globuler.
b. Fundus uteri mengalami kontraksi kuat.
c. Uterus terdorong ke atas karena plasenta lepas ke segmen bawah rahim.
d. Tali pusat bertambah panjang.
e. Adanya semburan darah tiba-tiba.
Pada kala ini asuhan yang dapat diberikan untuk ibu yaitu sebagai berikut.
a. Menjepit dan memotong tali pusat sedini mungkin.
b. Letakkan bayi pada dada ibu dan lakukan IMD.
c. Menyuntikkan oksitosin.
d. Melakukan PTT (penegangan tali pusat terkendali).
e. Melakukan masase fundus.
4. Kala IV
(Observasi)
Kala IV dimaksudkan untuk observasi pendarahan postpartun. Pendarahan postpartum paling sering terjadi pada dua jam pertama, yang perlu diobservasi yaitu; tingkat kesadaran, tanda tanda vital, kontraksi uterus, terjadi perdarahan atau tidak, kandung kemih penuh atau tdak, TFU sesuai atau tidak.
Pada kala ini asuhan yang dapat diberikan untuk ibu yaitu,
1. Pemeriksaan fundus dan masase, dimana pemeriksaan fundus dilakukan setiap 15 menit pada jam pertama, dan setiap 30 menit pada jam kedua.
2. Memenuhi kebutuhan nutrisi dan cairan ibu.
3. Membersihkan ibu agar terhindar dari infeksi.
4. Membantu ibu mengenakan pakaiannya.
5. Membiarkan ibu beristirahat setelah melahirkan.
6. Lakukan rooming-in antara ibu dan bayi.
Kala IV dimaksudkan untuk observasi pendarahan postpartun. Pendarahan postpartum paling sering terjadi pada dua jam pertama, yang perlu diobservasi yaitu; tingkat kesadaran, tanda tanda vital, kontraksi uterus, terjadi perdarahan atau tidak, kandung kemih penuh atau tdak, TFU sesuai atau tidak.
Pada kala ini asuhan yang dapat diberikan untuk ibu yaitu,
1. Pemeriksaan fundus dan masase, dimana pemeriksaan fundus dilakukan setiap 15 menit pada jam pertama, dan setiap 30 menit pada jam kedua.
2. Memenuhi kebutuhan nutrisi dan cairan ibu.
3. Membersihkan ibu agar terhindar dari infeksi.
4. Membantu ibu mengenakan pakaiannya.
5. Membiarkan ibu beristirahat setelah melahirkan.
6. Lakukan rooming-in antara ibu dan bayi.
BAB III
SARAN
Bagi ibu hamil Sebaiknya ibu hamil dlm proses kelahirannya dibantu dgn tenaga medis agar dlm persalinannya bisa berjalan normal. Bagi penyusun Diharapkan penyusun lebih mendalami proses kelahiran dlm bidangnya.
KESIMPULAN
Berlandaskan hasil analisa & pembahasan yg sudah dikerjakan bisa diambil kesimpulan sebagai berikut : “ tenaga medis wajib mengetahui proses kelahiran agar bisa menolong persalinan dgn baik & benar. “
DAFTAR PUSTAKA
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN. SELEMBA MEDIKA 2010
ASUHAN
PERSALINAN NORMAL DAN INISIASI MENYUSUI DINI (BUKU APN 2014)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar