TUGAS ASUHAN PATOLOGIS
( ASKEB V )
“MOLA HIDATIDOSA”
Di Sususn Oleh :
KELOMPOK V
NURUL ABSHAARI
14211607
Dosen
Pembimbing : DEVI SYARIEF.,S.SiT.M.Keb
II B
D III KEBIDANAN
STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan kasih dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah ASKEB IV yang berjudul “Mola Hidatidosa (Hamil Anggur) dengan baik dan semaksimal mungkin.
Kami menyadari bahwa dalam menyusun tugas makalah ini kami banyak menumukan berbagi hambatan ataupun kesulitan.Namun atas bantuan dari banyak pihak maka kami pun dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.Tidak lupa penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada dosen pembimbing dan teman-teman yang telah membantu penyelesaian dari makalah ini
Tak lupa kami mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila ada kesalahan dalam penulisan makalah ini.kami sadar bahwa manusia tidak ada yang sempurna oleh karena itu kami mengharapkan kebesaran hati dari para pembaca dengan memberikan kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan.
Padang, Maret 2015
Penyusun
DAFTAR
ISI
Kata Pengantar .....................................................................................
Daftar Isi ..............................................................................................
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..............................................................................
1.2 Tujuan ...........................................................................................
1.2.1 Tujuan
1.2.3Manfaat ........................................................................................
BAB II. PEMBAHASAN
2.1 Definisi Mola Hidatidosa .................................................................
2.2 Etiologi Mola Hidatidosa..................................................................
2.3 Patofisiologi Mola Hidatidosa .........................................................
2.4 Diferensial Diagnosis Mola Hidatidosa ...........................................
2.5 Penanganan Mola Hidatidosa ..........................................................
2.6 Contoh Kasus Mola Hidatidosa
........................................................
BAB III. KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan .....................................................................................
3.2 Saran ........................................................................................ ........
3.2.1 Untuk Klien ................................................................ ........
3.2.2 Untuk Sarana Kesehatan ......................................................
DAFTAR PUSTAKA
3.1 Kesimpulan .....................................................................................
3.2 Saran ........................................................................................ ........
3.2.1 Untuk Klien ................................................................ ........
3.2.2 Untuk Sarana Kesehatan ......................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Molahidatidosa adalah Tumor jinak dari trofoblast dan merupakan kehamilan abnormal, dengan ciri-ciri stoma villus korialis langka, vaskularisasi dan edematous, janin biasanya meninggal akan tetapi villus-villus yang membesar dan edematous itu hidup dan tumbuh terus menerus, sehingga gambaran yang diberikan adalah sebagai segugus buah anggur. Penyebab pasti terjadinya kehamilan Mola hidatidosa belum diketahui pasti, namun ada beberapa faktor yang memengaruhinya yaitu faktor ovum, imunoselektif trofoblast, usia, keadaan sosio-ekonomi yang rendah, paritas tinggi, defisiensi protein, infeksi virus dan faktor kromosom yang jelas, dan riwayat kehamilan mola sebelumnya. Jenis pada molahidatidosa yaitu Molahidatidosa Komplet (MHK) dan Molahidatidosa Parsial (MHP). Angka kematian yang diakibatkan oleh kehamilan Molahidatidosa berkisar antara 2,2% - 5,7%.
1.2 Tujuan
2.1.1. Tujuan Umum
Untuk mendapatkan gambaran umum tentang asuhan kebidanan yang komprehensif terhadap pasien mola hidatidosa
2.1.2. Tujuan Khusus
1. Mampu melakukan pengkajian dan menentukan diagnose kebidanan pada kasus mola hidatidosa.
2. Mampu menyusun rencana asuhan sesuai kebutuhan pasien.
3. Mengetahui apa itu mola hodatidosa
1.3 Manfaat
Dengan mengetahui bagaimana Asuhan Kebidanan ini, diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan penulis dalam penatalaksanaan klien dengan kehamilan Mola hidatidosa.
BAB
II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Mola Hidatidosa
Mola hidatidosa adalah chorionic villi (jonjotan/gantungan) yang tumbuh berganda berupa gelembung-gelembung kecil yang mengandung banyak cairan sehingga menyerupai buah anggur atau mata ikan. Karena itu disebut juga hamil anggur atau mata ikan.
Molahidatidosa adalah kehamilan abnormal, dengan ciri-ciri stoma villus korialis langka, vaskularisasi dan edematous, janin biasanya meninggal akan tetapi vilus-vilus yang membesar dan edematous itu hidup dan tumbuh terus, gambaran yang diberikan adalah sebagai segugus sebuah anggur.
Molahidatidosa adalah kehamilan abnormal dimana hampir seluruh vili korialisnya mengalami perubahan hidrofobik.
Molahidatidosa merupakan kehamilan yang secara genetik tidak normal yang muncul dalam bentuk kelainan perkembangan plasenta.
Molahidatidosa adalah penyakit yang berasal dari kelainan pertumbuhan trofoblas plasenta atau calon placenta dan disertai dengan degenerasi kistik vili dan perubahan hidropik. Hamil anggur atau molahidatidosa adalah kehamilan abnormal berupa tumor jinak yang terjadi sebagai akibat kegagalan pembentukan “bakal janin“ sehingga terbentuk jaringan permukaan membran (vili-vili) mirip gerombolan buah anggur.
Sedangkan menurut beberapa ahli pengertian mola hidatidosa adalah sebagai berikut :
1.
Mola hidatidosa adalah chorionic villi (jonjotan/gantungan)
yang tumbuh berganda berupa gelembung-gelembung kecil yang mengandung banyak
cairan sehingga menyerupai buah anggur atau mata ikan. Karena itu disebut juga
hamil anggur atau mata ikan. (Mochtar, Rustam, dkk, 1998 : 23).
2.
Mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal, dengan ciri-ciri
stoma villus korialis langka, vaskularisasi dan edematus. Janin biasanya
meninggal akan tetapi villus-villus yang membesar dan edematus itu hidup dan
tumbuh terus, gambaran yang diberikan adalah sebagai segugus buah anggur.
(Wiknjosastro, Hanifa, dkk, 2002 : 339).
3.
Mola hidatidosa adalah perubahan abnormal dari villi
korionik menjadi sejumlah kista yang menyerupai anggur yang dipenuhi dengan
cairan. Embrio mati dan mola tumbuh dengan cepat, membesarnya uterus dan
menghasilkan sejumlah besar human chorionic gonadotropin (hCG) (Hamilton, C.
Mary, 1995 : 104).
4.
Mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal di mana hampir
seluruh villi kariolisnya mengalami perubahan hidrofobik. (Mansjoer, Arif, dkk,
2001 : 265).
5.
Mola hidatidosa adalah kelainan villi chorialis yang terdiri
dari berbagai tingkat proliferasi tropoblast dan edema stroma villi. (Jack A.
Pritchard, dkk, 1991 : 514).
6.
Mola hidatidosa adalah pembengkakan kistik, hidropik,
daripada villi choriales, sdisertai proliperasi hiperplastik dan anaplastik
epitel chorion. Tidak terbentuk fetus ( Soekojo, Saleh, 1973 : 325).
7.
Mola hidatidosa adalah perubahan abnormal dari villi
korionik menjadi sejumlah kista yang menyerupai anggur yang dipenuhi dengan
cairan. Embrio mati dan mola tumbuh dengan cepat, membesarnya uterus dan
menghasilkan sejumlah besar human chorionic gonadotropin (hCG) (Hamilton, C.
Mary, 1995 : 104).
2.2 Etiologi Mola Hidatidosa
Penyebab molahidatidosa belum diketahui secara pasti, namun ada faktor-faktor penyebabnya adalah :
1. Faktor ovum
Pembuahan sel telur dimana intinya telah hilang atau tidak aktif lagi oleh sebuah sel sperma.
2. Imunoselektif dari trofoblas
Perkembangan molahidatidosa diperkirakan disebabkan oleh kesalahan respon imun ibu terhadap invasi oleh trofoblas. Akibatnya vili mengalami distensi kaya nutrient. Pembuluh darah primitive di dalam vilus tidak terbentuk dengan baik sehingga embrio ‘ kelaparan’, mati, dan diabsorpsi, sedangkan trofoblas terus tumbuh dan pada keadaan tertentu mengadakan invasi kejaringan ibu.
3. Usia
Faktor usia yang dibawah 20 tahun dan diatas 35 tahun dapat terjadi kehamilan mola. Prekuensi molahidatidosa pada kehamilan yang terjadi pada awal atau akhir usia subur relatif tinggi. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa pada usia berapa pun dalam usia subur dapat terjadi kehamilan mola.
4. Keadaan sosio-ekonomi yang rendah
Dalam masa kehamilan keperluan akan zat-zat gizi meningkat. Hal ini diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan janin, dengan keadaan sosial ekonomi yang rendah maka untuk memenuhi zat-zat gizi yang diperlukan tubuh kurang sehingga mengakibatkan gangguan dalam pertumbuhan dan perkembangan janinnya.
5. Paritas tinggi
Pada ibu yang berparitas tinggi, cenderung beresiko terjadi kehamilan molahidatidosa karena trauma kelahiran atau penyimpangan transmisi secara genetik yang dapat diidentifikasikan dengan penggunaan stimulandrulasi seperti klomifen atau menotropiris (pergonal). Namun juga tidak dapat dipungkiri pada primipara pun dapat terjadi kehamilan molahidatidosa.
6. Defisiensi protein
Protein adalah zat untuk membangun jaringan-jaringan bagian tubuh sehubungan dengan pertumbuhan janin, pertumbuhan rahim dan buah dada ibu, keperluan akan zat protein pada waktu hamil sangat meningkat apabila kekurangan protein dalam makanan mengakibatkan pertumbuhan pada janin tidak sempurna.
Penyebab molahidatidosa belum diketahui secara pasti, namun ada faktor-faktor penyebabnya adalah :
1. Faktor ovum
Pembuahan sel telur dimana intinya telah hilang atau tidak aktif lagi oleh sebuah sel sperma.
2. Imunoselektif dari trofoblas
Perkembangan molahidatidosa diperkirakan disebabkan oleh kesalahan respon imun ibu terhadap invasi oleh trofoblas. Akibatnya vili mengalami distensi kaya nutrient. Pembuluh darah primitive di dalam vilus tidak terbentuk dengan baik sehingga embrio ‘ kelaparan’, mati, dan diabsorpsi, sedangkan trofoblas terus tumbuh dan pada keadaan tertentu mengadakan invasi kejaringan ibu.
3. Usia
Faktor usia yang dibawah 20 tahun dan diatas 35 tahun dapat terjadi kehamilan mola. Prekuensi molahidatidosa pada kehamilan yang terjadi pada awal atau akhir usia subur relatif tinggi. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa pada usia berapa pun dalam usia subur dapat terjadi kehamilan mola.
4. Keadaan sosio-ekonomi yang rendah
Dalam masa kehamilan keperluan akan zat-zat gizi meningkat. Hal ini diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan janin, dengan keadaan sosial ekonomi yang rendah maka untuk memenuhi zat-zat gizi yang diperlukan tubuh kurang sehingga mengakibatkan gangguan dalam pertumbuhan dan perkembangan janinnya.
5. Paritas tinggi
Pada ibu yang berparitas tinggi, cenderung beresiko terjadi kehamilan molahidatidosa karena trauma kelahiran atau penyimpangan transmisi secara genetik yang dapat diidentifikasikan dengan penggunaan stimulandrulasi seperti klomifen atau menotropiris (pergonal). Namun juga tidak dapat dipungkiri pada primipara pun dapat terjadi kehamilan molahidatidosa.
6. Defisiensi protein
Protein adalah zat untuk membangun jaringan-jaringan bagian tubuh sehubungan dengan pertumbuhan janin, pertumbuhan rahim dan buah dada ibu, keperluan akan zat protein pada waktu hamil sangat meningkat apabila kekurangan protein dalam makanan mengakibatkan pertumbuhan pada janin tidak sempurna.
7. Infeksi virus dan faktor kromosom
yang belum jelas
Infeksi mikroba dapat mengenai semua orang termasuk wanita hamil. Masuk atau adanya mikroba dalam tubuh manusia tidak selalu menimbulkan penyakit ( desease ). Hal ini sangat tergantung dari jumlah mikroba ( kuman atau virus ) yang termasuk virulensinya seta daya tahan tubuh.
8. Riwayat kehamilan mola sebelumnya
Kekambuhan molahidatidosa dijumpai pada sekitar 1-2% kasus. Dalam suatu kejadian terhadap 12 penelitian yang total mencangkup hampir 5000 Kelahiran, frekwensi mola adalah 1,3%. Dalam suatu ulasan tentang molahidatidosa berulang tapi pasangan yang berbeda bisa disimpulkan bahwa mungkin terdapat “ masalah oosit primer “.
2.3 Patofisiologi Mola Hidatidosa
Setelah ovum dibuahi,terjadi pembagian dari sel tersebut.Tidak lama kemudian terbentuk biastokista yang mempunyai lumen dan dinding luar.Dinding ini terjadi atas sel-sel ekstoderm yang kemudian menjadi tropoblash. Sebagian vili berubah menjadi gelembung berisi cairan jernih,biasa tidak ada janin.Gelembung-gelambung atau tesikel ukurannya bervariasi mulai dari yang mudah dilihat,sampai beberapa sentimeter,bergantung dalam beberapa kelompok dari tangkai yang tipis.Masa tersebut dapat tumbuh cukup besar sehingga memenuhi cavum uteri.Pembesaran uterus sering tidak sesuai dan melebihi usia kehamilan.
Pada beberapa khusus, sebagian pertumbuhan dan perkembangan villi korealis berjalan normal sehingga janin dapat tumbuh dan berkembang bahkan sampai aterm.Keadaan ini disebut mola parsial.Ada beberapa kasus pertumbuhan dan perkembangan villi korealis berjalan normal sehingga janin dapat tumbuh dan berkembang.
a. Teori Missed Abortion
Mudigan mati pada kehamilan tiga sampai lima minggu,karena terjadi gangguan peredaran darah,sehingga terjadi penemuan cairan dalam jaringan masenkim dari villi dan akhirnya terbentuk gelembung-gelembung.
b. Teori Neoplasma dari park
Bahwa yang normal adalah sel trofoblast yang mempunyai fungsi abnormal pula,dimana terjadi cairan yang berlebihan dalam villi sehingga timbul gelembung,hal ini menyebabkan peredaran gangguan peredaran darah dan kematian mudigan.
Mola hidatidosa dapat terbagi menjadi :
1) Mola hidatidosa komplet (klasik), jika tidak ditemukan janin.
Villi korion berubah menjadi massa vesikel dengan ukuran bervariasi dari sulit terlihat sehingga diameter beberapa centimeter. Histologinya memiliki karakteristik yaitu :
Infeksi mikroba dapat mengenai semua orang termasuk wanita hamil. Masuk atau adanya mikroba dalam tubuh manusia tidak selalu menimbulkan penyakit ( desease ). Hal ini sangat tergantung dari jumlah mikroba ( kuman atau virus ) yang termasuk virulensinya seta daya tahan tubuh.
8. Riwayat kehamilan mola sebelumnya
Kekambuhan molahidatidosa dijumpai pada sekitar 1-2% kasus. Dalam suatu kejadian terhadap 12 penelitian yang total mencangkup hampir 5000 Kelahiran, frekwensi mola adalah 1,3%. Dalam suatu ulasan tentang molahidatidosa berulang tapi pasangan yang berbeda bisa disimpulkan bahwa mungkin terdapat “ masalah oosit primer “.
2.3 Patofisiologi Mola Hidatidosa
Setelah ovum dibuahi,terjadi pembagian dari sel tersebut.Tidak lama kemudian terbentuk biastokista yang mempunyai lumen dan dinding luar.Dinding ini terjadi atas sel-sel ekstoderm yang kemudian menjadi tropoblash. Sebagian vili berubah menjadi gelembung berisi cairan jernih,biasa tidak ada janin.Gelembung-gelambung atau tesikel ukurannya bervariasi mulai dari yang mudah dilihat,sampai beberapa sentimeter,bergantung dalam beberapa kelompok dari tangkai yang tipis.Masa tersebut dapat tumbuh cukup besar sehingga memenuhi cavum uteri.Pembesaran uterus sering tidak sesuai dan melebihi usia kehamilan.
Pada beberapa khusus, sebagian pertumbuhan dan perkembangan villi korealis berjalan normal sehingga janin dapat tumbuh dan berkembang bahkan sampai aterm.Keadaan ini disebut mola parsial.Ada beberapa kasus pertumbuhan dan perkembangan villi korealis berjalan normal sehingga janin dapat tumbuh dan berkembang.
a. Teori Missed Abortion
Mudigan mati pada kehamilan tiga sampai lima minggu,karena terjadi gangguan peredaran darah,sehingga terjadi penemuan cairan dalam jaringan masenkim dari villi dan akhirnya terbentuk gelembung-gelembung.
b. Teori Neoplasma dari park
Bahwa yang normal adalah sel trofoblast yang mempunyai fungsi abnormal pula,dimana terjadi cairan yang berlebihan dalam villi sehingga timbul gelembung,hal ini menyebabkan peredaran gangguan peredaran darah dan kematian mudigan.
Mola hidatidosa dapat terbagi menjadi :
1) Mola hidatidosa komplet (klasik), jika tidak ditemukan janin.
Villi korion berubah menjadi massa vesikel dengan ukuran bervariasi dari sulit terlihat sehingga diameter beberapa centimeter. Histologinya memiliki karakteristik yaitu :
- Tidak ada pembuluh pada vili yang membengkak
- Prolifersi dari epitel trofoblas dengan bermacam-macam ukuran
- Tidak adanya janin atau amnion
Secara kasat mata jaringan mola
hidatidosa komplit tampak seperti seonggok buah anggur. Mola hidatidosa
merupakan hasil pembuahan dari sel telur ( Ovum ) yang kehilangan intinya atau
intinya tidak aktif. Fertilisasi terjadi oleh satu sperma yang mempunyai
kromosom 23 X,yang kemudian setelah masing masing kromosom membelah terbentuklah
sel dengan kromosom 46 XX,dengan demikian sebagian besar mola komplit sifatnya
androgenik , homozigot dan berjenis kelamin wanita.
Walaupun lebih jarang dapat pula fertilisasi terjadi oleh 2 sperma, yang menghasilkan sel anak 46 XX atau 46 XY.Pada kedua kejadian di atas konseptus adalah keturunan pathenogenome paternal yang seluruhnya meru-pakan allograft.Jaringan mola komplita secara histologis tidak menampakkan pertumbuhan villi dan pembuluh pembuluh darah; bahkan terjadi pembentukancisterna villosa, disertai hiperplasia baik dari sel sel sinsisiotrofoblas maupun dari sel sel sitotrofoblas.Tidak tampak embryo karena sudah mengalami kematian pada masa dini akibat tidak terbentuknya sirkulasi plasenta.
Percobaan pada tikus yang secara immunologis defisien menunjukkanbahwa berbeda dengan korio-karsinoma; mola hidatidosa komplit dan mola invasiv sifatnya tidak ganas.Namun molahidatidosa komplit mempunyai potensi yang lebih besar untuk berkembang menjadi koriokarsinoma dibandingkan dengan kehamilan normal. Pernah dilaporkan pula adanya kehamilan kembar yang salah satunya mola komplit (46 XX) dan yang lain berupa janin yang normal (46 XY) . Janin dapat mengalami abortus namun kadang kadang berkembang sampai aterm.Bila ada kehamilan kembar yang salah satunya adalah mola penting sekali untuk membedakannya apakah itu suatu mola komplit atau mola parsial ; karena prognosis kearah terjadinya keganasan lebih kecil pada mola parsial.
2) Mola hidatidosa inkomplet (parsial), jika disertai janin atau bagian janin.
Masih tampak gelembung yang disertai janin atau bagian dari janin.Umumnya janin masih hidup dalam bulan pertama.Tetapi ada juga yang hidup sampai aterm. Pada pemeriksaan histopatologik tampak di beberapa tempat villi yang edema dengan sel trofoblas yang tidak begitu berproliferasi, sedangkan tempat lain masih banyak yang normal.
Pada suatu penelitian ditemukan bahwa gambaran karyotipi dari mola parsialis bisa normal ,triploidi atau trisomi seringkali 69 ,XXX atau 69 XXY. Ditemukan juga adanya fetus dan pembengkakan pada villi yang sifatnya tidak menyeluruh. Penelitian berikutnya secara sitogenetik menunjukkan bahwa hiperplasia trofoblas`dan pembentukan sisterna pada mola parsialis hanya ditemukan pada konseptus yang triploid.Secara biokimiawi dan sitogenetik ditemukan adanya gen maternal pada mola parsialis sehingga terjadinya adalahdiandri (terdiri atas satu set kromosom maternal dan dua set kromosom paternal). Gambaran histologisd yang khas pada mola parsialis adalah adanya crinkling atau scalloping dan ditemukannya stromal trophoblastic inclusionHiperplasia trofoblas umumnya terjadi pada sinsisiotrofoblas dan jarang terjadi pada sitotrofo-blas.Walaupun ada janin , umumnya mengalami kematian pada trimester pertama. Koriokarsinoma lebih jarang terjadi pasca mola parsialis dibandingkan dengan pasca mola komplit.
2.4 Diferensial Diagnosis Mola Hidatidosa
Diagnosa banding dari kehamilan molahidatidosa antara lain: kehamilan ganda,hidramnion atau abortus, Kehamilan dengan mioma.
Walaupun lebih jarang dapat pula fertilisasi terjadi oleh 2 sperma, yang menghasilkan sel anak 46 XX atau 46 XY.Pada kedua kejadian di atas konseptus adalah keturunan pathenogenome paternal yang seluruhnya meru-pakan allograft.Jaringan mola komplita secara histologis tidak menampakkan pertumbuhan villi dan pembuluh pembuluh darah; bahkan terjadi pembentukancisterna villosa, disertai hiperplasia baik dari sel sel sinsisiotrofoblas maupun dari sel sel sitotrofoblas.Tidak tampak embryo karena sudah mengalami kematian pada masa dini akibat tidak terbentuknya sirkulasi plasenta.
Percobaan pada tikus yang secara immunologis defisien menunjukkanbahwa berbeda dengan korio-karsinoma; mola hidatidosa komplit dan mola invasiv sifatnya tidak ganas.Namun molahidatidosa komplit mempunyai potensi yang lebih besar untuk berkembang menjadi koriokarsinoma dibandingkan dengan kehamilan normal. Pernah dilaporkan pula adanya kehamilan kembar yang salah satunya mola komplit (46 XX) dan yang lain berupa janin yang normal (46 XY) . Janin dapat mengalami abortus namun kadang kadang berkembang sampai aterm.Bila ada kehamilan kembar yang salah satunya adalah mola penting sekali untuk membedakannya apakah itu suatu mola komplit atau mola parsial ; karena prognosis kearah terjadinya keganasan lebih kecil pada mola parsial.
2) Mola hidatidosa inkomplet (parsial), jika disertai janin atau bagian janin.
Masih tampak gelembung yang disertai janin atau bagian dari janin.Umumnya janin masih hidup dalam bulan pertama.Tetapi ada juga yang hidup sampai aterm. Pada pemeriksaan histopatologik tampak di beberapa tempat villi yang edema dengan sel trofoblas yang tidak begitu berproliferasi, sedangkan tempat lain masih banyak yang normal.
Pada suatu penelitian ditemukan bahwa gambaran karyotipi dari mola parsialis bisa normal ,triploidi atau trisomi seringkali 69 ,XXX atau 69 XXY. Ditemukan juga adanya fetus dan pembengkakan pada villi yang sifatnya tidak menyeluruh. Penelitian berikutnya secara sitogenetik menunjukkan bahwa hiperplasia trofoblas`dan pembentukan sisterna pada mola parsialis hanya ditemukan pada konseptus yang triploid.Secara biokimiawi dan sitogenetik ditemukan adanya gen maternal pada mola parsialis sehingga terjadinya adalahdiandri (terdiri atas satu set kromosom maternal dan dua set kromosom paternal). Gambaran histologisd yang khas pada mola parsialis adalah adanya crinkling atau scalloping dan ditemukannya stromal trophoblastic inclusionHiperplasia trofoblas umumnya terjadi pada sinsisiotrofoblas dan jarang terjadi pada sitotrofo-blas.Walaupun ada janin , umumnya mengalami kematian pada trimester pertama. Koriokarsinoma lebih jarang terjadi pasca mola parsialis dibandingkan dengan pasca mola komplit.
2.4 Diferensial Diagnosis Mola Hidatidosa
Diagnosa banding dari kehamilan molahidatidosa antara lain: kehamilan ganda,hidramnion atau abortus, Kehamilan dengan mioma.
Pemeriksaan Diagnosis :
- Anamnesa / keluhan
a) terdapat gejala hamil muda
b) kadang kala ada tanda toxemia gravidarum
c) terdapat perdarahan yang sedikit atau banyak, tidak teratur warna merah tua atau kecoklatan.
d) Pembesaran uterus tidak sesuai ( lebih besar ) dari usia kehamilan seharusnya.
e) Keluar jaringan mola seperti buah anggur atau mata ikan ( tidak selalu ada).
b) kadang kala ada tanda toxemia gravidarum
c) terdapat perdarahan yang sedikit atau banyak, tidak teratur warna merah tua atau kecoklatan.
d) Pembesaran uterus tidak sesuai ( lebih besar ) dari usia kehamilan seharusnya.
e) Keluar jaringan mola seperti buah anggur atau mata ikan ( tidak selalu ada).
- Pemeriksaan Fisik
- Inspeksi
a) Muka dan kadang – kadang badan
kelihatan pucat kekuning – kuningan yang disebut muka mola (mola face) atau
muka terlihat pucat.
b) Bila gelembung mola keluar dapat dilihat jelas.
b) Bila gelembung mola keluar dapat dilihat jelas.
- Palpasi
a) Uterus membesar tidak seuai
dengan tuanya kehamilan, teraba lembek.
b) Tidak teraba bagian – bagian janin dan ballotemen, juga gerakan janin.
c) Adanya fenomena harmonica: darah dan gelembung mola keluar dan fundus uteri turun lalu naik karena terkumpulnya darah baru.
d) Adanya pembesaran kelenjar tiroid, menunjukan adanya komplikasi tiroktoksikosis.
b) Tidak teraba bagian – bagian janin dan ballotemen, juga gerakan janin.
c) Adanya fenomena harmonica: darah dan gelembung mola keluar dan fundus uteri turun lalu naik karena terkumpulnya darah baru.
d) Adanya pembesaran kelenjar tiroid, menunjukan adanya komplikasi tiroktoksikosis.
- Auskultasi
a) Tidak terdengar DJJ
b) Terdengar bising dan bunyi khas
b) Terdengar bising dan bunyi khas
- Periksa Dalam
Pastikan besarnya rahim, rahim
terasa lembek, tidak ada bagian janin, terdapat perdarahan dan jaringan dalam
kanalis servikalis dan vagina, seerta evaluasi keadaan servik.
- Pemeriksaan penunjang
- Reaksi Kehamilan
Kadar HCG yang jauh lebih tinggi
dari kehamilan biasa. Pada kehamilan biasa kadar HCG darah paling tinggi
100.000 IU/L, sedangkan pada molahidatidosa bisa mencapai 5.000.000 IU/L.
- Uji Sonde
Sonde dimasukan secara pelan – pelan
dan hati – hati kedalam serviks kanalis dan kavum uteri.Bila tidak ada tahanan,
kemungkinan mola.
- Foto Rontgen
Tidak terlihat tulang – tulang janin
pada kehamilan 3 – 4 bulan.
- USG
Akan terlihat bayangan badai salju
dan tidak terlihat janin, dan seperti sarang tawon.
2.5 Penanganan Mola Hidatidosa
2.5 Penanganan Mola Hidatidosa
Penatalaksanaan pada Molahidatidosa
ada tiga tahap yaitu perbaikan keadaan umum ibu, pengeluaran jaringan mola
dengan cara Kuretase atau Histerektomi, dan pemeriksaan tindak lanjut yaitu
follow up selama 12 bulan, dengan mengukur kadar β-HCG dan mencegah kehamilan
selama 1 tahun. Tindak lanjut serta penatalaksanaan saat ini berpusat pada
pengukuran serial kadar β-HCG serum untuk mendeteksi Tumor Trofoblast
Persisten.
Karena molahidatidosa adalah suatu kehamilan patologi dan tidak jarang disertai penyulit yang membahayakan jiwa, pada prinsipnya harus segera dikeluarkan .Terapi molahidatidosa terdiri dari tiga tahap, yaitu :
Karena molahidatidosa adalah suatu kehamilan patologi dan tidak jarang disertai penyulit yang membahayakan jiwa, pada prinsipnya harus segera dikeluarkan .Terapi molahidatidosa terdiri dari tiga tahap, yaitu :
- Perbaikan Keadaan Umum
Perbaikan
keadaan umum pada pasien molahidatidosa, yaitu :
a) Koreksi dehidrasi.
b) Transfusi darah bila ada anemia (Hb 8 gr% atau kurang), juga untuk memperbaiki syok.
a) Koreksi dehidrasi.
b) Transfusi darah bila ada anemia (Hb 8 gr% atau kurang), juga untuk memperbaiki syok.
c) Bila
ada gejala preeklamsia dan hiperemesis gravidarum diobati sesuai protocol
penanganannya.
d) Bila ada gejala-gejala tirotoksikosis dikonsul ke bagian penyakit dalam.
d) Bila ada gejala-gejala tirotoksikosis dikonsul ke bagian penyakit dalam.
- Pengeluaran jaringan mala dengan cara kuretase dan histerektomi
a)
Kuretase (suction curetase)
Kuret adalah pembersihan sisa-sisa jaringan yang ada dalam rahim .
2) Faktor Resiko
a. Usia ibu yang lanjut
b. Riwayat obstetri/ginekologi yang kurang baik .
c. Riwayat infertilitas
d. Adanya kelainan/penyakit yang menyertai kehamilan
e. Berbagai macam infeksi
f. Paparan dengan berbagai macam zat kimia
g. Trauma abdomen/pelvis pada trimester pertama
h. Kelainan kromosom
3) Teknik Pengeluaran Jaringan
Pengeluaran jaringan yaitu setelah serviks terbuka (primer maupun dengan dilatasi), jaringan konsepsi dapat dikeluarkan secara manual, dilanjutkan dengan kuretase.
a. Sondage, menentukan posisi ukuran uterus.
b. Masukan tang abortus sepanjang besar uterus, buka dan putar 900 untuk melepaskan jaringan, kemudian tutup dan keluarkan jaringan tersebut.
c. Sisa abortus dikeluarkan dengan tumpul, gunakan sendok terbesar yang bisa masuk.
d. Pastikan sisa konsepsi telah keluar semua, dengan eksplorasi jari maupun kuret.
Kuret adalah pembersihan sisa-sisa jaringan yang ada dalam rahim .
2) Faktor Resiko
a. Usia ibu yang lanjut
b. Riwayat obstetri/ginekologi yang kurang baik .
c. Riwayat infertilitas
d. Adanya kelainan/penyakit yang menyertai kehamilan
e. Berbagai macam infeksi
f. Paparan dengan berbagai macam zat kimia
g. Trauma abdomen/pelvis pada trimester pertama
h. Kelainan kromosom
3) Teknik Pengeluaran Jaringan
Pengeluaran jaringan yaitu setelah serviks terbuka (primer maupun dengan dilatasi), jaringan konsepsi dapat dikeluarkan secara manual, dilanjutkan dengan kuretase.
a. Sondage, menentukan posisi ukuran uterus.
b. Masukan tang abortus sepanjang besar uterus, buka dan putar 900 untuk melepaskan jaringan, kemudian tutup dan keluarkan jaringan tersebut.
c. Sisa abortus dikeluarkan dengan tumpul, gunakan sendok terbesar yang bisa masuk.
d. Pastikan sisa konsepsi telah keluar semua, dengan eksplorasi jari maupun kuret.
Pada kehamilan Molahidatidosa jika
tidak dilakukan penanganan secara komprehensif maka masalah kompleks dapat
timbul sebagai akibat adanya kehamilan dengan Molahidatidosa yaitu TTG (Tumor
Trofoblast Gestasional) dimana TTG ini terbagi menjadi 2 macam yaitu:
Choriocarcinoma non Villosum dan Choriocarcinoma Villosum yang bersifat
hematogen dan dapat bermetastase ke vagina, paru-paru, ginjal, hati bahkan
sampai ke otak. Dengan presentasi kejadian tersebut adalah 18-20% keganasan.
Penyakit ini, baik dalam bentuk
jinak atau ganas, banyak ditemukan di Negara Asia, sedangkan di Negara bagian
Barat lebih jarang.Angka di Indonesia umumnya berupa angka Rumah Sakit yaitu
RSCM, untuk Mola Hidatidosa berkisar 1:50 sampai 1:141 kehamilan.Angka ini jauh
lebih tinggi disbanding Negara-negara barat dimana insidennya berkisar 1:1000
sampai 1:2500 kehamilan untuk kejadian Molahidatidosa.
4) Risiko Yang Mungkin Terjadi
a. Perdarahan
b. Pengerokan yang terlalu dalam akan meninggalkan cerukan atau lubang di dinding rahim.
c. Gangguan haid
d. Infeksi
5) Persiapan Sebelum Oprasi
4) Risiko Yang Mungkin Terjadi
a. Perdarahan
b. Pengerokan yang terlalu dalam akan meninggalkan cerukan atau lubang di dinding rahim.
c. Gangguan haid
d. Infeksi
5) Persiapan Sebelum Oprasi
a) Informed consend
b) Puasa
c) Cek darah, darah harus tersedia dan sudah dilakukan crossmatching.
6) Kuretase Pada Pasien Molahidatidosa
a. Dilakukan setelah pemeriksaan persiapan selesai (pemeriksaan darah rutin, kadar beta Hcg dan foto toraks) keculai bila jaringan mola sudah keluar sepontan .
b. Bila kanalis servikalis belum terbuka maka dilakukan pemasangan laminaria stift (LS) dan dilakukan kuretase 24 jam kemudian .
c. Sebelum melakukan kuretase, sediakan darah 500 cc dan pasang infus dengan tetesan infus oksitosin 10 IU dalam 500 cc dextrose 5 % .
d. Kuretase dilakukan 2 kali dengan interval waktu minimal 1 minggu .
e. Seluruh jaringan mola hasil kerokan dikirim ke labolatorium PA.
7) Teknik Suction Curetase
a) Dilatasi seviks kanalis dengan busi terbesar yang dapat di masukkan.
b) Pilihlah kanula yang paling besar dan dapat dimasukkan kedalam kanalis servikalis.
c) Serviks dipegang dengan tenakulum
d) Menjelang dilakukan suction curetase, oksitosin disuntikkan ataun secara drip sehingga suction akan selalu diikuti dengan makin kecilnya uterus
e) Tangan kiri diletakkan pada fundus uteri dengan tujuan untuk mengikuti turunnya fundus uteri dan merasakan bahwa tidak teerjadi perforasi karena kanula.
f) Setelah suction kuretase, ikuti dengan kuret tajam dan besar sehingga dapat dijamin kebersihannya.
b) Histerektomi
1) Syarat melakukan histerektomi adalah:
a. Pertimbangan usia yang sudah lanjut, diatas usia 40 tahun dan usia anak cukup.
b. Terjadi perdarahan banyak setelah kuretase untuk menyelamatkan jiwa penderita
c. Resisten teerhadap obat kemoterapi.
d. Dugaan perforasi pada mola destruen
e. Sejak semula sudah tergolong penyakit trofoblas resiko tinggi
f. Dugaan sulitnya melakukan pengawasan ikutan
2) Histerektomi yang dilakukan dapat dilaksanakan:
a. Pada Mola hidatidosa in toto (in situ)
b. Segera setelah suction curetase berakhir
c. Pada koriokarsinoma dengan pertimbangan khusus
3) Tekhnik Operasi
a. Jangan terlalu banyak melakukan manipulasi uterus sehingga dapat mengurangi mestastase saat operasi berlangsung.
b. Lakukan langkah histerektomi dengan mencari dulu pembuluh darah yang besar dipotong dan diikat sehingga tidak terlalu banyak menimbulkan perdarahan.
c. Lakukan vaginal alcohol tampon padat sehingga tercecernya sel trofoblas dari uterus segera mengalami denaturasi dan dapat mengalami kemungkinan hidup untuk mestastase
d. Jika dapat dilakukan, serviks dijahit sehingga kanalis servikalis tertutup dan mengurangi kemungkinan tercecernya sel trofoblas saat operasi berlangsung.
e. Mestastase durante operationum, dapat dilindungi dengan kemoterapi drip (belum umum diIndonesia) tetapi kami anjurkan dan evaluasi hasilnya.
4) Filosofi Operasi Pada Histerektomi
a. Trauma yang terjadi haruslah minimal
b. Lindungi organ penting pelvis dari trauma, yaitu : ureter, pembuluh darah dan Vesika urinaria .
c. Kurangi komplikasi operasi, infeksi, perdarahan, dan trauma organ pelvis atau kenali secepatnya bila terjadi trauma untuk segera melakukan rekontruksi
d. Hindari terjadinya prolapsus vaginal stump
e. Upayakan agar tidak terjadi komplikasi pascaoperasi
Operasi khususnya di Indonesia dengan KU rendah dan anemia, tindakan operasi dengan hilangnya darah minimal sangat penting karena darah adalah RED (Rare, Expensive, Dangerous).
Kami anjurkan agar saat melakukan operasi diberikan profilaksis kemoterapi sehingga dapat memperkecil aktivitas sel-sel trofoblas ganas yang kebetulan dapat masuk kepembuluh darah atau tercecer pada vagina, untuk tumbuh dan berkembang.
b) Puasa
c) Cek darah, darah harus tersedia dan sudah dilakukan crossmatching.
6) Kuretase Pada Pasien Molahidatidosa
a. Dilakukan setelah pemeriksaan persiapan selesai (pemeriksaan darah rutin, kadar beta Hcg dan foto toraks) keculai bila jaringan mola sudah keluar sepontan .
b. Bila kanalis servikalis belum terbuka maka dilakukan pemasangan laminaria stift (LS) dan dilakukan kuretase 24 jam kemudian .
c. Sebelum melakukan kuretase, sediakan darah 500 cc dan pasang infus dengan tetesan infus oksitosin 10 IU dalam 500 cc dextrose 5 % .
d. Kuretase dilakukan 2 kali dengan interval waktu minimal 1 minggu .
e. Seluruh jaringan mola hasil kerokan dikirim ke labolatorium PA.
7) Teknik Suction Curetase
a) Dilatasi seviks kanalis dengan busi terbesar yang dapat di masukkan.
b) Pilihlah kanula yang paling besar dan dapat dimasukkan kedalam kanalis servikalis.
c) Serviks dipegang dengan tenakulum
d) Menjelang dilakukan suction curetase, oksitosin disuntikkan ataun secara drip sehingga suction akan selalu diikuti dengan makin kecilnya uterus
e) Tangan kiri diletakkan pada fundus uteri dengan tujuan untuk mengikuti turunnya fundus uteri dan merasakan bahwa tidak teerjadi perforasi karena kanula.
f) Setelah suction kuretase, ikuti dengan kuret tajam dan besar sehingga dapat dijamin kebersihannya.
b) Histerektomi
1) Syarat melakukan histerektomi adalah:
a. Pertimbangan usia yang sudah lanjut, diatas usia 40 tahun dan usia anak cukup.
b. Terjadi perdarahan banyak setelah kuretase untuk menyelamatkan jiwa penderita
c. Resisten teerhadap obat kemoterapi.
d. Dugaan perforasi pada mola destruen
e. Sejak semula sudah tergolong penyakit trofoblas resiko tinggi
f. Dugaan sulitnya melakukan pengawasan ikutan
2) Histerektomi yang dilakukan dapat dilaksanakan:
a. Pada Mola hidatidosa in toto (in situ)
b. Segera setelah suction curetase berakhir
c. Pada koriokarsinoma dengan pertimbangan khusus
3) Tekhnik Operasi
a. Jangan terlalu banyak melakukan manipulasi uterus sehingga dapat mengurangi mestastase saat operasi berlangsung.
b. Lakukan langkah histerektomi dengan mencari dulu pembuluh darah yang besar dipotong dan diikat sehingga tidak terlalu banyak menimbulkan perdarahan.
c. Lakukan vaginal alcohol tampon padat sehingga tercecernya sel trofoblas dari uterus segera mengalami denaturasi dan dapat mengalami kemungkinan hidup untuk mestastase
d. Jika dapat dilakukan, serviks dijahit sehingga kanalis servikalis tertutup dan mengurangi kemungkinan tercecernya sel trofoblas saat operasi berlangsung.
e. Mestastase durante operationum, dapat dilindungi dengan kemoterapi drip (belum umum diIndonesia) tetapi kami anjurkan dan evaluasi hasilnya.
4) Filosofi Operasi Pada Histerektomi
a. Trauma yang terjadi haruslah minimal
b. Lindungi organ penting pelvis dari trauma, yaitu : ureter, pembuluh darah dan Vesika urinaria .
c. Kurangi komplikasi operasi, infeksi, perdarahan, dan trauma organ pelvis atau kenali secepatnya bila terjadi trauma untuk segera melakukan rekontruksi
d. Hindari terjadinya prolapsus vaginal stump
e. Upayakan agar tidak terjadi komplikasi pascaoperasi
Operasi khususnya di Indonesia dengan KU rendah dan anemia, tindakan operasi dengan hilangnya darah minimal sangat penting karena darah adalah RED (Rare, Expensive, Dangerous).
Kami anjurkan agar saat melakukan operasi diberikan profilaksis kemoterapi sehingga dapat memperkecil aktivitas sel-sel trofoblas ganas yang kebetulan dapat masuk kepembuluh darah atau tercecer pada vagina, untuk tumbuh dan berkembang.
- Pemeriksaan tindak lanjut:
Tujuan utama tindakan lanjut adalah
deteksi dini setiap perubahan yang mengisyaratkan keganasan. Pemeriksaan tindak
lanjut pada pasien molahidatidosa meliputi:
1. Cegah kehamilan selama masa tindak lanjut, sekurang-kurangnya satu tahun.
2. Ukur kadar β hCG setiap 2 minggu, walaupun sebagian menganjurkan pemeriksaan setiap minggu, belum terbukti adanya manfaat yang nyata.
3. Tunda terapi selama kadar serum tersebut terus berkurang. Kadar yang meningkat atau mendatar mengisyaratkan perlunya evaluasi dan biasanya terapi.
4. Setelah kadar normal yaitu setelah mencapai batas bawah pengukuran pemeriksaan dilakukan setiap 6 bulan, lalu setiap 2 bulan untuk total 1 tahun.
5. Tindak lanjut dapat dihentikan dan kehamilan diijinkan setelah 1 tahun.
6. Karena itu, tindak lanjut serta penatalaksanaan saat ini berpusat pada pengukuran serial kadar β hCG serum untuk mendeteksi tumor trofoblas persisten.
1. Cegah kehamilan selama masa tindak lanjut, sekurang-kurangnya satu tahun.
2. Ukur kadar β hCG setiap 2 minggu, walaupun sebagian menganjurkan pemeriksaan setiap minggu, belum terbukti adanya manfaat yang nyata.
3. Tunda terapi selama kadar serum tersebut terus berkurang. Kadar yang meningkat atau mendatar mengisyaratkan perlunya evaluasi dan biasanya terapi.
4. Setelah kadar normal yaitu setelah mencapai batas bawah pengukuran pemeriksaan dilakukan setiap 6 bulan, lalu setiap 2 bulan untuk total 1 tahun.
5. Tindak lanjut dapat dihentikan dan kehamilan diijinkan setelah 1 tahun.
6. Karena itu, tindak lanjut serta penatalaksanaan saat ini berpusat pada pengukuran serial kadar β hCG serum untuk mendeteksi tumor trofoblas persisten.
Konsep Manajemen Asuhan Kebidanan
Manajemen
kebidanan adalah proses pemecahan maslah yang digunakan sebagai metode untuk
mengorganisasi pikiran serta tindakan berdasarkan teri ilmiah.
Penemuan-penemuan keterampilan dalam rangkaian tahapan untuk mengambil keputusan
yang berfokus pada klien. Asuhan ini adalah bantuan yang diberikan oleh bidan
kepada klien atau pasien yang pelaksanaannya dilakukan dengan cara bertahap dan
sistematis dan melalui suatu proses yang disebut Manajemen Kebidanan menurut
Varney, 1997 .
Proses
manajemen menurut varney (1997) terdiri dari 7 langkah yang berurutan
dimana setiap langkah disempurnakan
secara periodik. Proses dimulai dengan pengumpulan data dasar dan berakhir
dengan evaluasi. Ketujuh langkah tersebut membentuk suatu kerangka lengkap yang
dapat diaplikasikan dalam situasi apapun.
yaitu:
1. Mengumpulkan data yang diperlukan untuk
mengidentifikasi pasien secara lengkap.
2. Mengidentifikasi masalah atau diagnosa berdasarkan
interpretasi yang benar dari data tersebut .
3. Mengantisipasi masalah potensial atau diagnosa lainnya
yang mungkin terjadi karna masalah atau diagnosa yang telah diidentifikasi .
4. Mengevaluasi perlunya intervensi segera oleh bidan dan
dokter.
5. Mengembangkan rencana asuhan yang menyeluruh.
6. Mengembangkan rencana asuhan tersebutsecara efisien
dan aman.
7. Mengevaluasi keefektifan dan asuhan yang telah
diberikan.
Ketujuh langkah tersebut adalah sebagai berikut:
.
a. Data
subjektif
1. Biodata
atau identitas klien dan suami
·
Identitas :
a. Usia
: Usia ibu
lebih dari 35 tahunFaktor
usia yang dibawah 20 tahun dan diatas 35 tahun dapat terjadi kehamilan mola.
Prekuensi molahidatidosa pada kehamilan yang terjadi pada awal atau akhir usia
subur relatif tinggi. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa pada usia berapa pun
dalam usia subur dapat terjadi kehamilan mola.
2. Keluhan
·
Ibu mengatakan telat haid,
·
Ibu mengatakan mual muntah yang
berlebihan (merasa hamil muda)
·
Ibu mengatakan tidak merasakan pergerakan janin pada dirinya
·
Ibu mengatakan pembesaran perut tidak
sesuai dengan kehamilan
·
Ibu mengatakan terdapat perdarahan yang
sedikit atau banyak, tidak teratur warna merah tua atau kecoklatan.
3. Riwayat
keluarga : menilai apakah keluarga ada memiliki riwayat kehamilan mola
hidatidosa.
4. Riwayat
kehamilan yang lalu : Untuk
mengetahui apakah ibu pernah mengalami kehamilan mola hidatidosa pada kehamilan
yang lalu.
5. Riwayat
kehamilan sekarang : HPHT : untuk
mengetahui usia kehamilan dan tinggi fundus pada kehamilan molahidatidosa
pembesaran uterus (lebih besar) dari usia kehamilan seharusnya
6. Riwayat kontrasepsi : untuk mengetahui apakah
ibu pernah menggunakan alat kontrasepsi serta menanyakan jarak antara
penghentian pemakaian kontrasepsi dengan kehamilan,karena saat penghentian
kontrasepsi kadar hormon gonadotropin lebih meningkat.
b. Data
objektif
Pemeriksaan fisik
Secara umum di temukan gambaran
sedaran umum, dimana kesadaran pasien sangat penting di nilai melakukan anamsa.
selain itu pasien sadar akan menujukan tidak ada kelainanan psikologi dan
kesadran umum juga menjakup pemeriksaan tanda-tanda fital: tekanan darah, nadi,
suhu, pernafasan.dan berat badab dan tinggi badan serta lingkar lenggan
atas yang pertujuan untuk mengetahui
keadaan zigi pasien.
Pemeriksaan khusus
a. Inspeksi
·
memeriksa cojungtiva untuk memastikan
apakah ibu mengalami anemia atau tidak karena pada wanita yang mengalami
kehamilan mola hidatidosa sangat beresiko terjadinya anemia yang disebabkan
karena kekurangan vitamin dan Fe,pembesaran uterus lebih besar dari usia
kehamilan, dan juga lihat apakah ada udem pada wajah atau tidak karena ini
juga ada pengaruh pada faktor nutrisi
pada ibu tersebut.
·
Muka dan kadang-kadang badan kelihatan
pucat kekuningan yang disebut mungka mola (mola face) atau mungka terlihat
pucat.
·
Bila gelembung mola keluar dapat dilihat
jelas.
b. Palpasi
Dengan
menggunakan cara leopold:
·
Leopold I : untuk menentukan TFU (tidak sesuia dengan
normal, > TFU normal) dan apa yang terdapat di bagian fundus, dan di fundus
tidak teraba apa pun dan terasa bulatan dan itu kemungkinan benjolan yang ada
dalam uterus ibu dan terasa lembek.
·
Leopold II : untuk menentukan dimana letaknya punggung
janin atau ekstramitas janin, pada saat pemeriksaan pada perut bagian kiri dan
kanan teraba seperti kosong dan tidak ada terasa pungung janin dan tidak ada
pergerakan pada janin.
·
Leopold III : Bagian terendah janin teraba kosong dan
susah untuk di tentukan bagian pada janin tersebut.
·
Leopold IV : Untuk menentukan apakah
bagian terendah janin sudah masuk pintu atas panggul atau belum, pada kasus ini
tidak ada yang bisa di nilai.
·
Adanya fenomena harmonica : darah dan
gelembung mola keluar dan fundus uteri turun lalu naik karena terkumpulnya
darah baru.
·
Adanya pembesaran kelenjar tiroid ,
menunjukan adanya komplikasi tiroktoksikosis
c. Auskultasi
·
saat pemeriksaan tidak terdengar djj
janin.
·
Terdengar bising dan bunyi khas.
d. Perkusi
Untuk
mengetahui Refleks patella kiri dan kanan apakah normal atau tidak
e. Pemeriksaan
TBJ
Untuk
mengetahui tafsiran berat badan janin dalam batas normal dan pada kasus mola
ini tidak bisa menenetukan TBJ pada janin karena pembesaran perut yang tidak
sesuai dengan kehamilan.
c. Pemeriksaan
penunjang
Kadar HCG yang jauh lebih tinggi
dari kehamilan biasa, pada kehamilan biasa kadar HCG darah paling tinggi 100,000
IU/L sedangkan pada molahidatidosa bisa mencapai 5.000.000 IU/L
Uji sonde : sonde dimasukan secara pelan pelan dan hati-hati kedalam
serviks kanalis dan kavum uteri. Bila tidak ada tahanan, kemunkinan mola.
Rontgen : tidak terlihat
tulang-tulang janin pada kehamilan 3-4 bulan .
USG : akan terlihat bayangan badai
salju dan tidak terlihat janin, dan seperti sarang tawon.
1. INTERPRETASI
DATA DASAR
a. Diagnosa:
ibu hamil G_P_A_H usia kehamilan_ ,janin tidak ada ,
KU ibu kurang baik.
b. Dasar :
b. HPHT
c. Ibu
mengatakan ini kehamilan nya yang ke_
d. Tidak teraba
bagian pada anggota tubuh janin
e. Tidak Terdengar
DJJ janin
f. TFU lebih
tinggi dari usia kehamilan
g. Peningkatan
berat badan drastis karena peningkatan cairan pada uterus ibu.
h. Pemeriksaan
USG
i.
Riwayat keturunan sebelumnya : Kekambuhan molahidatidosa dijumpai pada sekitar
1-2% kasus. Dalam suatu kejadian terhadap 12 penelitian yang total mencangkup
hampir 5000 Kelahiran, frekwensi mola adalah 1,3%. Dalam suatu ulasan tentang
molahidatidosa berulang tapi pasangan yang berbeda bisa disimpulkan bahwa
mungkin terdapat “ masalah oosit primer “.
j.
Multiparitas
k. Gejala
klinis hamil muda sudah ada sejak usia kehamilan masih muda
l.
Derajat gejala hamil muda lebih berat dari pada hamil
tunggal
m. Pembesaran
perut tidak sesuai dengan kehamilan.
n. Mual muntah
yang berlebihan .
o. Muka
terlihat pucat (mola face)
p. Imunoselektif
dari trofoblas :Perkembangan
molahidatidosa diperkirakan disebabkan oleh kesalahan respon imun ibu terhadap
invasi oleh trofoblas. Akibatnya vili mengalami distensi kaya nutrient.
Pembuluh darah primitive di dalam vilus tidak terbentuk dengan baik sehingga
embrio ‘ kelaparan’, mati.
q. Faktor ovum :Faktor ovum Pembuahan sel telur
dimana intinya telah hilang atau tidak aktif lagi oleh sebuah sel sperma.
r.
Infeksi
virus dan faktor kromosom yang belum jelas
Infeksi mikroba dapat mengenai semua orang termasuk wanita hamil. Masuk atau adanya mikroba dalam tubuh manusia tidak selalu menimbulkan penyakit ( desease ). Hal ini sangat tergantung dari jumlah mikroba ( kuman atau virus ) yang termasuk virulensinya seta daya tahan tubuh.
Infeksi mikroba dapat mengenai semua orang termasuk wanita hamil. Masuk atau adanya mikroba dalam tubuh manusia tidak selalu menimbulkan penyakit ( desease ). Hal ini sangat tergantung dari jumlah mikroba ( kuman atau virus ) yang termasuk virulensinya seta daya tahan tubuh.
2. DIAGNOSA
DAN MASALAH POTENSIAL
Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau
diagnosa potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah
di identifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan
dilakukan pencegahan sambil mengamati klien, bidan diharapkan dapat
bersiap-siap bila diagnosa/masalah potensial ini benar-benar terjadi.
Kemungkinan diagnosa atau masalah
potensial adalah:
a.
Terhadap ibu
1. Anemia
Dasarnya:
terjadi hemodilusi yang makin tinggi, sehingga menyebabkan anemia relatif makin
nyata serta kebutuhan ibu perlu di tingkatkan karena ibu kemungkikan terjadi
perdarahan.
2. Perdarahan
3. Infeksi
4. Gangguan
haid
5. Pengerokan
yang terlalu dalam akan meninggalkan cerukan atau lubang di dinding rahim,
b.
Terhadap janin
Kemungkinan
janin tidak ada .
3. TINDAKAN
SEGERA
Mengidentifikasi
perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan untuk di konsulkan atau
ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan lainnya yang sesuai dengan
kondisi klien.
Kemungkinan tindakan segera pada kasus kehamilan mola ini adalah Penatalaksanaan pada Molahidatidosa ada tiga tahap yaitu
perbaikan keadaan umum ibu, pengeluaran jaringan mola dengan cara Kuretase atau
Histerektomi, dan pemeriksaan tindak lanjut yaitu follow up selama 12 bulan,
dengan mengukur kadar β-HCG dan mencegah kehamilan selama 1 tahun. Tindak
lanjut serta penatalaksanaan saat ini berpusat pada pengukuran serial kadar
β-HCG serum untuk mendeteksi Tumor Trofoblast Persisten.
Karena molahidatidosa adalah suatu kehamilan patologi dan tidak jarang disertai penyulit yang membahayakan jiwa, pada prinsipnya harus segera dikeluarkan .
Karena molahidatidosa adalah suatu kehamilan patologi dan tidak jarang disertai penyulit yang membahayakan jiwa, pada prinsipnya harus segera dikeluarkan .
4. MERENCANAKAN ASUHAN YANG MENYELURUH
Suatu
rencana asuhan yang harus disetujui oleh kedua belah pihak baik bidan maupun
klien agar perencanaan dapat dilakukan dengan efektif. Semua keputusan harus
bersifat rasional dan valid berdasarkan asumsi yang berlaku tentang apa yang
akan dilakukan. Perencanaan tindakan sesuai dengan yang mungkin akan dilakukan
pada kasus kehamilan ganda ini, yaitu:
a. Menjelaskan
hasil pemeriksaan ibu kepada keluarga
b. Kontrol
keadaan umum ibu : untuk memantau kondisi fisik ibu selama kehamilan
c. Dukungan
psikologis : memberi support pada ibu dalam menghadapi kehamilannya karena pada
kehamilan gameli ibu akan merasa sedikit khawatir mengenai kondisi janin serta
menghadapi proses persalinannya.
d. Pemeriksaan
ANC secara teratur dan berkolaborasi dengan dokter
e. Beri ibu
tablet FE dan jelaskan cara mengkonsumsinya
f. Inform consent kepada keluarga dan renjaca
rujukan
g. Kolaborasi dengan tim medis untuk tindakan
lebih lanjut
h. Rencana asuhan
persalinan di rumah sakit terutama ditemukan kelainan (terlampir dalam
makalah).
i.
Jadwalkan kunjungan ulang
5. MELAKSANAKAN
PERENCANAAN
Pada langkah
ini rencana asuhan menyeluruh yang telah diuraikan pada langkah kelima
dilakukan secara efisien dan aman. Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya
oleh bidan dan sebagian oleh klien, atau anggota kesehatan lainnya. Jika bidan
tidak melakukan sendiri, ia harus tetap melakukan tugasnya, bidan harus
bertanggung jawab atas pofesi dan tugasnya. Bila bidan tidak berkolaborasi
dengan tenaga kesehata lainnya seperti dokter untuk menangani klien yang
mengalami komplikasi maka keterlibatan bidan dalam manajemen asuhan bagi klien
adalah tetap tanggung jawab terhadap tugasnya untuk melaksanakan rencana asuhan
bersama yang menyeluruh tersebut. Manajemen yang efisien tersebut akan
menyingkat waktu dan biaya serta meningkatkan mutu dari asuhan klien.
Beberapa
tindakan yang mungkin dapat dilakukan antara lain:
a. Mengontrol
TTV ibu untuk memastikan kondisi ibu dan keadaan normal.
b. Memberikan
dukungan psikologis bagi ibu
c. Memberikan
penjelasan kepada keluarga untuk menerima keadaan ibu
d. Mengontrol pola
nutrisi ibu
e. Menganjurkan
ibu untuk memeriksakan kehamilannya ke petugas kesehatan secara teratur
(dokter).
f. Memberi ibu
tablet FE dan menjelaskan cara mengkonsumsinya
g. Memberikan
inform consent untuk yang tindakan lanjut.
h. Menjanjurkan
ibu untuk istirahat
i. Melakukan
kolaborasi dengan tim yang lebih ahli.
j. Menjadwalkan
kunjungan ulang untuk ibu.
6. EVALUASI
Adalah
merupakan tindakan yang terakhir harus dilakukan dari proses asuhan kebidanan
kehamilan molahidatidosa. Asuhan manajemen kebidanan dilakukan secara kontinu
sehingga perlu di evaluasi setiap tindakan yang telah diberikan agar lebih
efektif kemungkinan hasil evaluasi yang di temukan adalah sebagai berikut:
a. Ibu mengalami kecemasan pada kehamilannya (molahidatidosa).
b. Ibu tahu akan tanda bahaya dari kehamilan
molahidatidosa
c. Tidak ada janin yang berkembang.
d. Ibu
mengatakan mau berkilaborasi dengan dokter kandungan.
e. Ibu bersedia
untuk melakukan pengorekan dan operasi
f. Ibu bersedia
dirujuk
g. Keluarga akan mampu bertindak secara efektif terhadap keadaan ibu yang
berisiko tinggi.
h. Ibu bersedia
untuk melakukan kunjungan ulang.
BAB
III
KESIMPULAN
3.1
Kesimpulan
Mola hidatidosa adalah suatu bentuk tumor jinak dari sel-sel trofoblas (yaitu
bagian dari tepi sel telur yang kelak terbentuk menjadi ari-ari janin) Hasil
pembuahan yang gagal tersebut lalu membentuk gelembung-gelembung menyerupai
buah anggur.Pertumbuhan gelembung semakin hari semakin banyak bahkan bisa
berkembang secara cepat.Hal ini yang membuat perut seorang ibu hamil dengan
Molahidatidosa tampak cepat besar.
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan kadar HCG (dengan pemeriksaan GM titrasi) atau dapat dilihat dari hasil laboratorium beta sub unit HGG pada ibu hamil tinggi. Pemeriksaan USG kandungan akan terlihat keadaan kehamilan yang kosong tanpa ada janin dan tampak gambaran seperti badai salju dalam bahasa medis di sebut ”Snow storm”.
Hamil anggur atau Molahidatidosa hanya dapat dialami oleh wanita yang pernah melakukan hubungan suami istri.Jadi tidak benar bahwa hamil anggur bisa terjadi begitu saja tanpa ada pertemuan sel sperma dan sel telur melalui hubungan seksual.
Hingga sekarang faktor penyebab langsung kejadian hamil anggur ini masih belum diketahui secara pasti.Seringkali ditemukan pada masyarakat dengan kondisi sosial ekononi yang rendah, kurang gizi, ibu yang sering hamil dan gangguan peredaran darah dalam rahim.
Tindakan kuretase menjadi pilihan untuk membersihkan rahim dari gelembung-gelembung hamil anggur.Kuretase dilakukan dapat berulang beberapa kali tergantung kondisi kehamilan Molahidatidosa. Dokter akan memeriksa kadar hormon Hcg dalam tubuh ibu dan memastikan bahwa sudah sungguh-sungguh bersih. Pada keadaan yang dianggap berbahaya bagi kesehatan ibu dapat pula dilakukan tindakan pengangkatan rahim, namun keputusan ini juga mempertimbangkan faktor umur ibu dan jumlah anak yang sudah dimiliki.Tindakan terakhir ini sangat jarang dilakukan.
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan kadar HCG (dengan pemeriksaan GM titrasi) atau dapat dilihat dari hasil laboratorium beta sub unit HGG pada ibu hamil tinggi. Pemeriksaan USG kandungan akan terlihat keadaan kehamilan yang kosong tanpa ada janin dan tampak gambaran seperti badai salju dalam bahasa medis di sebut ”Snow storm”.
Hamil anggur atau Molahidatidosa hanya dapat dialami oleh wanita yang pernah melakukan hubungan suami istri.Jadi tidak benar bahwa hamil anggur bisa terjadi begitu saja tanpa ada pertemuan sel sperma dan sel telur melalui hubungan seksual.
Hingga sekarang faktor penyebab langsung kejadian hamil anggur ini masih belum diketahui secara pasti.Seringkali ditemukan pada masyarakat dengan kondisi sosial ekononi yang rendah, kurang gizi, ibu yang sering hamil dan gangguan peredaran darah dalam rahim.
Tindakan kuretase menjadi pilihan untuk membersihkan rahim dari gelembung-gelembung hamil anggur.Kuretase dilakukan dapat berulang beberapa kali tergantung kondisi kehamilan Molahidatidosa. Dokter akan memeriksa kadar hormon Hcg dalam tubuh ibu dan memastikan bahwa sudah sungguh-sungguh bersih. Pada keadaan yang dianggap berbahaya bagi kesehatan ibu dapat pula dilakukan tindakan pengangkatan rahim, namun keputusan ini juga mempertimbangkan faktor umur ibu dan jumlah anak yang sudah dimiliki.Tindakan terakhir ini sangat jarang dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
3.2 Saran
3.2.1 Untuk Klien
Diharapkan klien dengan kehamilan Molahidatidosa mendapatkan perawatan dan penanganan yang komprehensif, serta melakukan follow up pasca mola selama 12 bulan sesuai jadwal, supaya dapat mendeteksi sedini mungkin bila terjadi keganasan sampai pasien benar-benar dikatakan sembuh atau sehat.
3.2.2 Untuk Sarana Kesehatan
Diharapkan sarana kesehatan untuk memberikan penanganan yang lebih baik lagi, untuk meminimalkan kejadian kematian ibu akibat perdarahan khususnya yang diakibatkan kehamilan Molahidatidosa dan kejadian keganasan akibat Molahidatidosa.
3.2.1 Untuk Klien
Diharapkan klien dengan kehamilan Molahidatidosa mendapatkan perawatan dan penanganan yang komprehensif, serta melakukan follow up pasca mola selama 12 bulan sesuai jadwal, supaya dapat mendeteksi sedini mungkin bila terjadi keganasan sampai pasien benar-benar dikatakan sembuh atau sehat.
3.2.2 Untuk Sarana Kesehatan
Diharapkan sarana kesehatan untuk memberikan penanganan yang lebih baik lagi, untuk meminimalkan kejadian kematian ibu akibat perdarahan khususnya yang diakibatkan kehamilan Molahidatidosa dan kejadian keganasan akibat Molahidatidosa.
Fadlun, dkk. 2011. Asuhan Kebidanan
Patologis. Jakarta : Salemba Medika.
Mochtar. R. Penyakit Trofoblas. SINOPSIS OBSTETRI. Jilid I. Edisi2.
Penerbit Buku Kedokteran. ECG. Jakarta. 1998. Hal. 238-243.
Prawirohadjo, S. & Wiknjosastro, H.Mola Hidatidosa.ILMU KANDUNGAN. Yayasan Bina Pustaka SARWONO PRAWIROHADJO. Jakarta. 1999. Hal.262-264
Rustam, Mochtar. 1998. Sinopsis Obstetri. Edisi 2. Jakarta: EGC.
http://dokunimus.blogspot.com/2011/07/mola-hidatidosa.html#ixzz2QQuNSLTG
http://www.lusa.web.id/kehamilan-mola-hidatidosa-mola-hydatidosa/
http://meyceria.wordpress.com/2012/04/14/hamil-anggurmola-hidatido
Mochtar. R. Penyakit Trofoblas. SINOPSIS OBSTETRI. Jilid I. Edisi2.
Penerbit Buku Kedokteran. ECG. Jakarta. 1998. Hal. 238-243.
Prawirohadjo, S. & Wiknjosastro, H.Mola Hidatidosa.ILMU KANDUNGAN. Yayasan Bina Pustaka SARWONO PRAWIROHADJO. Jakarta. 1999. Hal.262-264
Rustam, Mochtar. 1998. Sinopsis Obstetri. Edisi 2. Jakarta: EGC.
http://dokunimus.blogspot.com/2011/07/mola-hidatidosa.html#ixzz2QQuNSLTG
http://www.lusa.web.id/kehamilan-mola-hidatidosa-mola-hydatidosa/
http://meyceria.wordpress.com/2012/04/14/hamil-anggurmola-hidatido
Tidak ada komentar:
Posting Komentar