ISLAM DAN
TEKNOLOGI
QS.an Naml 27:44, QS. Al A’raf 7:74
A.
Mufradhat
khalifah (pengganti/penguasa)
|
خُلَفَآءَ
|
istana
|
الصَّرْحَ
|
|
memberikan tempat bagimu
|
بَوَّأَكُمْ
|
dikiranya
|
حَسِبَتْهُ
|
|
kamu memahat
|
تَنْحِتُونَ
|
kolam air yang besar
|
لُجَّةً
|
|
istana-istana
|
قُصُورًۭا
|
kaca
|
قَوَارِيرَ
|
|
janganlah kamu merajalela
|
لَا
تَعْثَوْا
|
44. Dikatakan
kepadanya: "Masuklah ke dalam istana." Maka tatkala dia melihat
lantai istana itu, dikiranya kolam air yang besar, dan disingkapkannya kedua
betisnya. Berkatalah Sulaiman: "Sesungguhnya ia adalah istana licin
terbuat dari kaca." Berkatalah Balqis: "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku
telah berbuat zalim terhadap diriku dan aku berserah diri bersama Sulaiman
kepada Allah, Tuhan semesta alam."
74. Dan ingatlah olehmu di waktu Tuhan
menjadikam kamu pengganti-pengganti (yang berkuasa) sesudah kaum 'Aad dan
memberikan tempat bagimu di bumi. Kamu dirikan istana-istana di tanah-tanahnya
yang datar dan kamu pahat gunung-gunungnya untuk dijadikan rumah; maka ingatlah
nikmat-nikmat Allah dan janganlah kamu merajalela di muka bumi membuat
kerusakan.
B. Pengertian
Menurut KBBI Teknologi
adalah kemampuan teknik yang berlandaskan pengetahuan, ilmu eksakta yang
berdasarkan proses teknis . Pada tahun 1937, seorang sosiolog Amerika, Read
Bain, menulis bahwa technology includes all tools, machines, utensils,
weapons, instruments, housing, clothing, communicating and transporting devices
and the skills by which we produce and use them ("teknologi meliputi
semua alat, mesin, aparat, perkakas, senjata, perumahan, pakaian, peranti
pengangkut/pemindah dan pengomunikasi, dan keterampilan yang memungkinkan kita
menghasilkan semua itu"). Definisi yang diajukan Bain masih lazim dipakai
oleh kaum terpelajar hingga saat ini, terkhusus ilmuwan sosial. Tetapi ada juga
definisi yang sama menonjolnya, yakni definisi teknologi sebagai sains terapan,
khususnya di kalangan para ilmuwan dan insinyur. (12345)
Kata "teknologi" juga dapat
digunakan untuk merujuk sekumpulan teknik-teknik. Dalam konteks ini, ia adalah
keadaan pengetahuan manusia saat ini tentang bagaimana cara untuk memadukan
sumber-sumber, guna menghasilkan produk-produk yang dikehendaki, menyelesaikan
masalah, memenuhi kebutuhan, atau memuaskan keinginan; ia meliputi metode
teknis, keterampilan, proses, teknik, perangkat, dan bahan mentah.
Islam adalah agama samawi yang menjamah
seluruh aspek-aspek kehidupan. Sifatnya yang menyeluruh membuat tidak ada sudut
sekecil apapun yang tidak dapat disentuh oleh nilai-nilai Islam. Begitu juga
dengan teknologi, dalam hal ini Islam juga berperan besar dalam
kemajuannya, pengembangannya, sampai pada pengawasannya.
Salah besar jika orang meganggap
teknologi bukan bagian dari Islam ataupun Islam tidak membahas mengenai
teknologi. Islam telah mengajarkan
banyak hal dalam kehidupan ini. Tidak hanya ilmu agama seperti ilmu fiqih,
hadist, tafsir dan lain sebagainya tetapi mencakup segala ilmu yang ada, mulai
dari bakteri terkecil sampai pergerakan alam semesta melalui ilmu astronominya.
banyak para ahli keilmuan Islam atau pun teori-teori keilmuan Islam yang
menjadi dasar atau panduan bagi para ilmuan Eropa. Allah SWT berfirman dalam
Al-qur’an surat Ar-Rahman: 33:
“Hai jama’ah jin dan manusia, jika kamu
sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu
tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan.”
Nash di atas merupakan bukti bahwa Islam juga
merupakan pedoman utama dalam ilmu pengetahuan dan teknologi. Sebagai umat
Islam seharusnya menyadari bahwa dasar-dasar filosofis untuk mengembangkan ilmu
dan teknologi itu bisa dikaji dan digali dalam Alquran sebab kitab suci ini
banyak mengupas keterangan-keterangan mengenai ilmu pengetahuan dan teknologi.
Sebagai contoh adalah firman Allah SWT dalam surat Al-Anbiya ayat 80
“Telah kami
ajarkan kepada Daud membuat baju besi utk kamu guna memelihara diri dalam peperanganmu.”
C. Landasan Agama tentang teknologi
Pengembangan sains dalam sejarah Islam
sejalan dengan perintah Alquran untuk mengamati alam dan menggunakan akal, dua
dasar metodologis sains. Alquran sendiri merupakan sumber pertama ilmu, seperti
yang dinyatakan dalam Surat An-Nisa' ayat 82, ''Maka apakah mereka tidak
memerhatikan Alquran? Kalau kiranya Alquran itu bukan dari sisi Allah, tentulah
mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya.''
Perintah penggunaan akal sebagai dasar
kerasionalan ilmu dengan perintah mengamati alam sebagai dasar keempirikan ilmu
selalu berjalan seiring, misalnya dalam Surat Ar-Rum ayat 22, Al-Baqarah ayat
164, Ali Imran ayat 190-191, Yunus ayat 5, dan Al-An'am ayat 97. Firman Allah
SWT juga sering disertai pertanyaan afala ta'qilun (mengapa tidak kau
gunakan akalmu) dan afala tatafakkarun (mengapa tak kau pikirkan). Perintah Alquran itu diperkukuh oleh
hadits-hadits Nabi SAW yang mewajibkan umat Islam untuk menuntut ilmu.
''Menuntut ilmu itu wajib bagi kaum muslimin laki-laki dan perempuan.''
(HR Bukhari dan Muslim) dan ''Tuntutlah ilmu semenjak dari ayunan sampai ke
liang lahat.'' (HR Bukhari).
Kedudukan para ilmuwan dalam Islam
dipandang utama, seperti dinyatakan Rasulullah SAW dalam hadits, ''Manusia
yang mulia adalah seorang Mukmin yang berilmu.'' (HR Bukhari). Ini sesuai
dengan pernyataan Allah SWT dalam Surat Al-Mujadalah ayat 11, ''Allah
tinggikan beberapa derajat kedudukan orang yang beriman dan berilmu.''
Bahkan Rasulullah SAW menegaskan bahwa, ''Manusia yang paling dekat
derajatnya dengan derajat para nabi adalah orang-orang yang berilmu dan
berjuang.'' (HR Bukhari).
Perintah menuntut ilmu dalam Alquran dan hadits tersebut mendorong kaum Muslim pada abad-abad pertama Hijriyah untuk menerjemahkan berbagai buku dari bahasa Yunani, Persia, India, dan Cina ke dalam bahasa Arab. Kemudian oleh para filsuf Muslim, ilmu-ilmu itu diklasifikasikan secara sistematis. Klasifikasi ini yang menjadi dasar bagi para ilmuwan Muslim untuk mengembangkan sains, terutama ilmu pengetahuan alam dan ilmu alat lainnya,
Perintah menuntut ilmu dalam Alquran dan hadits tersebut mendorong kaum Muslim pada abad-abad pertama Hijriyah untuk menerjemahkan berbagai buku dari bahasa Yunani, Persia, India, dan Cina ke dalam bahasa Arab. Kemudian oleh para filsuf Muslim, ilmu-ilmu itu diklasifikasikan secara sistematis. Klasifikasi ini yang menjadi dasar bagi para ilmuwan Muslim untuk mengembangkan sains, terutama ilmu pengetahuan alam dan ilmu alat lainnya,
Dari keterangan itu jelas sekali bahwa
manusia dituntut untuk berbuat sesuatu dengan sarana teknologi. Sehingga tidak
mengherankan jika abad ke-7 M telah banyak lahir pemikir Islam yang tangguh
produktif dan inofatif dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Kepeloporan dan keunggulan umat Islam dalam bidang ilmu pengetahuan sudah
dimulai pada abad itu. Tetapi sangat disayangkan bahwa kemajuan-kemajuan itu
tidak sempai berkembang sampai sekarang
Demikian pula ajaran
Islam ia tidak akan bertentangan dengan teori-teori pemikiran modern yang
teratur , lurus dan analisa-analisa yang teliti dan obyekitf. Dalam agama Islam
menurut hukum asalnya segala sesuatu itu adalah mubah termasuk segala apa yang disajikan oleh berbagai peradaban
baik yang lama ataupun yang baru. Semua yang diajarkan Islam tidak ada yang
hukumnya haram kecuali jika terdapat nash atau dalil yg tegas dan pasti
mengharamkannya. Agama Islam bukanlah agama yang sempit. Adapun peradaban modern yang begitu luas
memasyarakatkan produk-produk teknologi canggih seperti televisi vidio
alat-alat komunikasi dan barang-barang mewah lainnya serta menawarkan aneka
jenis hiburan bagi tiap orang tua muda atau anak-anak yang tentunya alat-alat
itu tidak bertanggung jawab atas apa yg diakibatkannya. Tetapi di atas pundak
manusianyalah terletak semua tanggung jawab itu. Sebab adanya pelbagai media
informasi dan alat-alat canggih yg dimiliki dunia saat ini dapat berbuat apa
saja kiranya faktor manusianyalah yg menentukan opersionalnya. Adakalanya
menjadi manfaat yaitu manakala manusia menggunakan dengan baik dan tepat,
tetapi sebaliknya ia akan menjadi mudharat apabila penggunaanya yang tidak
tepat.
D. Tantangan Muslim Akibat
Perkembangan Teknologi
Penggunaan
teknologi dapat pula mendatangkan dosa dan malapetaka manakala manusia
menggunakannya untuk mengumbar hawa nafsu dan kesenangan semata. Karena
sungguhpun perubahan sosial dan tata nilai kehidupan yang dibawa oleh arus
modernisasi, westernisasi dan sekularisasi terus-menerus menimpa dan menyerang
masyarakat Islam tetapi kesadaran umat Islam utk membendung dampak-dampak
negatif dari budaya Barat itu ternyata sangat memprihatinkan. Sangat seikit
yang mau peduli dan mereka yang tetap teguh untuk menegakkan nilai-nilai Islam.
Contoh Kasus Dampak Teknologi
Setiap hari media
memberitakan : ada orang tua yang melaporkan kepolisian bahwa anak gadis
beberapa tidak pulang dan tdak member khabar di mana keberadaannya. Dan
ternyata dia dilarikan teman face bookannya. Yang lain ada yang terkuras
uangnya karena janji-jani hadiah melalui HP. Dan juga tidak jarang orang
dimasukan kepenjara karena mengunduh / menonton gambar-gambar seronok porno.
Masih banyak ditemukan orang meng-sms sambil mengendarai motor/ mobil, pada hal
sudah banyak kejadian tabrakan akibat kelalian pengguna jalan. Dan sering orang tua mengeluh karena tidak
lagi didengar oleh anak-anak kesayangannya karena si anak lebih mengutamakan
HPnya
Namun seiring dengan upaya meningkatkan ilmu
pengetahuan dan teknologi kita pun harus jeli menentukan pilihan ini. Untuk
apakah semua kemajuan itu? Apakah sekadar utk menuruti keinginan-keinginan
syahwat lalu tenggelam dalam kemewahan dunia hingga melupakan akhirat dan
menjadi pengikut-pengikut setan? Ataukah sebaliknya semua ilmu dan kemajuan itu
dicari utk menegakkan syariat Allah guna memakmurkan bumi dan menegakkan
keadilan seperti yg dikehendaki Allah serta utk meluruskan kehidupan dengan
berlandaskan pada kaidah noral Islam? Itulah pertanyaan dan tantangn bagi kita
yg haurs kita jawab dgn pemikiran yg berwawasan jauh ke depan.
Namun
terlepas dari problema dan kekhawatiran-kekhawatiran sebagaimana diuraikan di
atas kita sebagai umat Islam harus selalu optimis dan tetap bersyukur kepada
Allah SWT. Dalam abad teknologi dan era globalisasi ini umat Islam hendaklah
melakukan langkah-langkah strategis dengan meningkatkan pembinaan sumber daya
manusia guna mewujudkan kualitas iman dn takwa serta tidk ketinggalan di bidang
ilmu pengetahuan dan teknologi.
Sudah saatnyalah kita
mengembalikan teknologi pada jalur yang sebenarnya. Jalur dimana Islam secara
menyeluruh ataupun nilai-nlainya tertanam kuat dalam dunia teknologi. Bukanlah
tidak mungkin untuk menerapkan sebuah konsep Islam dalam dunia teknologi bukan
hanya sebagai pengerem kerusakan yang lebih banyak ditimbulkannya, tetapi juga
demi terwujudnya kebangkitan umat islam.
Kunci utamanya terletak pada
manusia-manusianya, pemuda-pemuda penerus umat Islam yang nantinya akan
banyak berperan di bidangnya masing-masing. Diharapkan, tidak hanya
mempelajari ilmu keilmiahan, teknologi, ataupun sejenisnya yang bersifat
mengantarkan pada ilmu dunia saja. Perlu pula sebuah pendalaman terhadap aqidah
kita, perbaikan terhadap akhlak, serta ilmu keislaman lainnya secara
menyeluruh. Ataupun sebaliknya, jangan sampai
terlena, tersibukkan pada penghambaan diri kepada Yang Maha Esa sampai-sampai melupakan
atau melalikan ilmu-ilmu yang akan bermanfaat bagi kemaslahatan umat di dunia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar